Bab 15 : Kabur dari Pesantren.

301K 15.4K 252
                                    

"Bisa-bisanya gue keluar tapi nggak tau warungnya sebelah mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa-bisanya gue keluar tapi nggak tau warungnya sebelah mana." Ayra pun membalas chat nomor tak dikenal itu.

Ayra.
"Warung sebelah mana?"

Tak sampai satu menit, ia mendapat balasan.

+628887531xxx
"Tepi jalan, lima belas rumah dari pesantren."

"Buset, dah! Lima belas rumah dari pesantren nggak tuh? Huh!" Ayra menghirup udara dalam-dalam. "Gempor-gempor dah nih kaki."

"Lagian siapa, sih? Memangnya ada yang kenal gue di sini?"

Ayra terus bermonolog tidak jelas sampai tak terasa langkahnya sudah berada di rumah yang ke empat belas.

"Empat belas," hitungnya, kemudian berjalan ke rumah selanjutnya.

"Lima belas, ini warungnya?" gumam Ayra tepat di depan sebuah warung warga. Kedua matanya menyusuri sekitar, mencari seseorang yang mungkin ia kenal.

"Lo Ayra?" Tanpa aba-aba seseorang menepuk bahunya dari belakang, membuat Ayra berjengkit kaget.

"Shit!" umpat Ayra seraya menoleh. "Kaget gue."

"Sorry," balas orang itu melihat penampilan Ayra dari atas hingga bawah, tak lupa mengamati wajah cantik gadis itu secara seksama. "Pantes Kai susah move on, ternyata secantik ini," batin Maurin tertawa miris.

"Lo siapa?" tanya Ayra, ia merasa tidak begitu asing dengan perempuan yang berpakaian cukup minim yang ada di hadapannya saat ini. Ia bisa menebak bahwa perempuan itu berasal dari kota yang sama, terbukti dari nada bicara yang ia dengar, pun dengan penampilan yang dikenakan.

"Gue—"

"Bentar, gue mau duduk sama pesen minum dulu," potong Ayra. "Nggak pengertian banget lo nyuruh gue ke sini tapi nggak disambut apa-apa. Lo kira nggak capek apa jalan kaki? Banjir keringet nih gue," kesal Ayra.

Maurin tersenyum canggung. "Sorry, biar gue pesan makanan dan minuman dulu." Segera, Maurin mengajak Ayra duduk di bangku yang tersedia, sedangkan dirinya memesan menu yang ada.

Warung pedesaan yang cukup lengkap menyediakan aneka banyak makanan dan minuman, jadi mereka bisa sepuasnya membeli jajanan di sana.

Tak menunggu lama, pesanan mereka datang. Ayra tanpa ba-bi-bu mengambil satu gelas es teh manis dan menghabiskannya hingga tandas.

"Gila! Seger banget."

"Ternyata bar-bar," batin Maurin melihat segala tingkah Ayra.

"Sekarang lo mau ngomong apa?" tanya Ayra ketika lelahnya mulai mereda.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang