Bab 19 : Menjadi Imam.

384K 18.2K 1K
                                    

"Baper sama suami sendiri nggak apa-apa," balas Rayyan dengan sebelah tangan yang enggan beranjak dari puncak kepala sang istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baper sama suami sendiri nggak apa-apa," balas Rayyan dengan sebelah tangan yang enggan beranjak dari puncak kepala sang istri.

Ayra kembali mendongak perlahan. "Ini bukan mimpi?" tanya Ayra untuk yang kesekian kali.

Merasa gemas karena mendengar pertanyaan tersebut berulang kali, Rayyan mencubit kedua pipi bulat gadis itu hingga membuat Ayra mengaduh lirih. "Sakit, ih!"

"Sakit?"

Ayra mengangguk mengiyakan, membuat Rayyan mengusap kembali bekas cubitan tersebut. "Itu artinya bukan mimpi."

"Jadi beneran saya udah nikah?"

Cup! Rayyan membungkam bibir gadis itu dengan bibirnya sesaat. "Iya, Bawel."

"First kiss gue!" batin Ayra memekik histeris.

Ayra mematung di tempat, kedua pipinya kembali merona mendapat perlakuan manis Rayyan yang tiada henti.

"Pipinya kenapa lagi ini?" Rayyan menggoda Ayra terus menerus. Sedang, Ayra memalingkan wajahnya ke arah lain, malu.

Rayyan terkekeh geli, dengan sengaja ia kembali menangkup kedua sisi wajah sang istri dan mengecup seluruh inci dari kening, hidung, pipi, dan terakhir bibir gadis itu.

"Gus," protes Ayra begitu Rayyan melepakan tangannya kembali.

"Kenapa hm?"

"Saya nggak pake jilbab," cicit Ayra yang baru menyadari jika ia tidak mengenakan jilbab.

"Nggak papa asalkan sama saya. Jangankan rambut, saya lihat semuanya juga sah-sah aja."

Kedua pupil mata Ayra melebar.
"Dasar Gus mesum!"

Suara gelak tawa Rayyan mengudara, ia sangat suka menggoda istrinya karena itu membuatnya candu.

Rayyan kembali merapikan helaian rambut sang istri. "Kita shalat dulu," ajak Rayyan, untuk menjalankan shalat tahajud berjamaah.

"Sholat sama-sama?" tanya Ayra.

Rayyan mengangguk. "Iya, sholat berjamaah." Jeda tiga detik, "masih pusing? Mau saya gendong?" tawar Rayyan

Ayra menggeleng cepat. "Bisa kena serangan jantung gue kalau digendong, mimpi apa gue dapet durian runtuh," batinnya.

"Udah mendingan, kok. Jalan sendiri aja."

"Ya, udah, gih! Wudhu, saya tungguin."

Ayra pun menuju kamar mandi dan melakukan rutinitasnya selama beberapa menit. Tak lama kemudian, ia keluar dan menghampiri Rayyan yang tengah merapikan alat shalat.

"Udah?" tanya Rayyan.

"Udah, mukenanya mana?"

"Ini." Rayyan memberikan mukena terusan berwarna putih bersih, berserta ciput dengan warna senada.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang