Bab 6 : Di antara Dua Pilihan.

346K 17.8K 523
                                    

Selama berjalan, Ayra mendapat tatapan berbeda-beda dari beberapa santri yang melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama berjalan, Ayra mendapat tatapan berbeda-beda dari beberapa santri yang melihatnya. Ia mengabaikan itu semua dan terus mengikuti langkah Rayyan hingga keduanya sampai di teras masjid.

"Coba kamu lihat aula yang ada di samping masjid," perintah Rayyan.

Ayra pun mengalihkan tatapannya pada aula pesantren, ia berpikir sejenak ketika tidak menemukan apapun di sana.

"Nggak ada apa-apa, Gus."

"Yang bilang di sana ada apa itu siapa?"

Ayra mengernyitkan dahinya.
"Terus ngapain Gus nyuruh saya lihatin ke sana?"

"Pilih mau keliling aula atau pilih hafalan."

Mulut Ayra menganga lebar, sedetik berikutnya ia memberengut kesal. "Nggak dua-duanya!"

"Oke. Hafalkan surah Al-Waqiah. Besok malam saya tunggu setelah semua kegiatan selesai," final Rayyan. "Kalau kamu nggak datang, terpaksa saya kasih hukuman tambahan."

Ayra menatap Rayyan penuh kemusuhan.
"Itu bukan pilihan namanya."

"Bukan pilihan, tapi ini perintah," balas Rayyan tanpa beban.

Ayra menghirup udara dalam-dalam sebelum ia hembuskan kembali.
"Kok, Gus lama-lama nyebelin?"

"Kamu boleh pergi, jangan lupa setoran besok malam." Bukannya menjawab, Rayyan justru mengabaikan ucapan Ayra.

Lagi dan lagi gadis itu merasa naik darah berada di dekat Rayyan.
"Kalau gitu saya permisi, samlekom!"

"Salam yang benar," tegur Rayyan tanpa menatap gadis itu.

Menahan kesal yang membara, Ayra memasang senyum paksanya. "Assalamu'alaikum..." sedetik kemudian melangkah pergi dengan menyumpahserapahi Gusnya itu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

Sementara itu dari kejauhan, Kafka menatap heran pada Rayyan. Dan bukannya itu kakak ipar? Kenapa terlihat seperti dua orang yang sedang berdebat? Tak butuh banyak pertimbangan, Kafka menghampiri kakaknya tersebut.

"Assalamualaikum, Mas."

Rayyan menoleh.
"Wa'alaikumussalam."

"Mas tadi sama Mbak Ayra, kan?" Kafka memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Tadi?"

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang