Bab 38 : Dua Garis Merah.

340K 19.2K 1.7K
                                    

Pasokan udara semakin menipis, Ayra menepuk dada bidang Rayyan perintah untuk lelaki itu mengakhiri tautan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasokan udara semakin menipis, Ayra menepuk dada bidang Rayyan perintah untuk lelaki itu mengakhiri tautan tersebut.

"Lagi sakit juga." Bibir Ayra mengerucut kesal setelah Rayyan mengakhiri pagutannya.

Rayyan terkekeh kecil. "Makasih, Sayang. Tenaga Mas jadi full lagi sekarang."

Cup! Sebuah kecupan kecil kembali mendarat singkat di bibir Ayra. "Satu lagi," katanya.

"Udah, sekarang Mas istirahat," balas Ayra. "Aku mau ke bawah nemenin bunda sama ayah."

Rayyan terkesiap. "Ayah sama bunda ke sini?"

"Iya, Mas, ayah sama bunda baru datang tadi pagi. Tadi juga ayah sempat jengukin Mas ke sini," balas Ayra membuat Rayyan tak enak hati, pasalnya ia tidak melihat ayah mertua karena sebelumnya masih terlelap.

"Kalau gitu Mas mau ikut."

Mendengar itu Ayra menggeleng pelan. "Mas lagi sakit, istirahat aja, ya?"

"Tapi Mas mau ikut, Sayang," rengek Rayyan sehingga dengan terpaksa Ayra mengiyakan. "Ya, udah, ayo."

***

"Anak bunda nyusahin kalian nggak di sini?" tanya Luna pada Adel, Farah, dan Maya yang datang menemuinya di ndalem. Begitu juga dengan abah dan umma yang masih berada di sana.

"Sedikit, Bun," balas Adel jujur sehingga membuat tawa semua orang mengudara.

Sebelum ini, Luna menyuruh ketiga teman putrinya itu memanggilnya dengan sebutan bunda dan ayah sama seperti Ayra memanggilnya.

"Maaf, ya? Anak ayah memang suka di luar jangkauan," balas Haikal yang lagi-lagi mengundang tawa bagi mereka.

Di tengah perbincangan, suara salam dari Rayyan terdengar. Semua pasang mata menatap ke asal suara dengan kompak.

"Wa'alaikumussalam," balas semua orang hampir bersamaan.

Rayyan menghampiri Haikal dan Luna, kemudian menyalami keduanya dengan takzim. Sedang, Ayra memilih duduk di sebelah Adel, ia cukup terkejut melihat ketiga temanya yang sudah berada di sini.

"Anak kesayangan bunda ngapain ke sini? Masih sakit, kan? Istirahat aja di kamar, gih," ujar Luna dengan sangat lembut.

"Udah mendingan, kok, Bun, bunda sama ayah apa kabar?" tanya Rayyan yang mengambil duduk di sebelah sang ayah.

"Alhamdulillah kami baik, Ray," balas Haikal.

"Lo tahu, Del? Sekarang itu yang dianggap anak bukan gue, tapi Gus Rayyan," bisik Ayra pada Adel.
Gadis itu tidak tahu saja jika Luna sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerangnya kembali.

"Awh, awh! Sakit, Bunda, lama-lama kuping Ayra copot kalau bunda tarik-tarik terus." Ayra mengusap telinganya yang kembali memanas setelah mendapat serangan dadakan dari sang ibu. Sedang, Rayyan yang melihat itu pun meringis seraya tersenyum geli melihat ekspresi Ayra.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang