Bab 18 : Kamu Istri Saya.

358K 18.4K 1K
                                    

Pukul tiga pagi Ayra mengerjabkan matanya perlahan, ia merasa tidur malam ini begitu damai dan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul tiga pagi Ayra mengerjabkan matanya perlahan, ia merasa tidur malam ini begitu damai dan tenang. Tangannya kembali mengeratkan pelukan yang ia pikir itu adalah sebuah guling tanpa sadar bahwa Rayyan tersenyum dengan mata yang ia biarkan terpejam.

"Sebentar, kok, agak keras, ya?" gumam Ayra dengan melepas sejenak pelukan, ia mendongak untuk memastikan apa yang baru saja ia peluk.

Damn! Kedua bola matanya nyaris keluar begitu melihat sosok laki-laki yang berada di sampingnya.

"G-gus Ray?" lirih Ayra terbata, ia tak mampu mendeskripsikan keterkejutannya saat ini. Ia sangat yakin saat ini ia tengah bermimpi.

"Hm," sahut Rayyan dengan nada serak khas bangun tidur, lelaki itu kembali menarik sang istri hingga terjatuh di atas tubuhnya.

"Udah baikan?" tanya Rayyan seraya mengelus surai panjang gadis itu.

"Ini gue nggak mimpi, kan? Atau gue udah meninggoy gara-gara demam kemarin?" ucap Ayra dalam hati.

"Masih sakit? Mana yang sakit?" kata Rayyan lagi, menyadarkan Ayra dari lamunannya.

"Ini bukan mimpi?" lirih Ayra.

Rayyan menggeleng pelan menanggapi itu.

"WHAT?! TERUS INI BENERAN? GUS NGAPAIN ADA DI SINI?" pekik Ayra seraya melepaskan diri dari Rayyan.

"Ini kamar saya," balas Rayyan santai.

Ayra memindai seluruh isi kamar. Benar, ini bukan asrama. Tapi kenapa dirinya bisa ada di sini? Begitulah yang ada dipikiran Ayra saat ini.

"Te-terus kenapa saya bisa ada di sini? Kenapa bisa tidur bareng? Nanti kalau saya hamil gimana? Kita, kan—"

"Satu-satu tanyanya, Sayang," potong Rayyan.

Blush! Ayra terdiam, pipinya merona, apa katanya tadi? Sayang? Sebentar, otaknya masih mencerna apa maksud semua ini jika bukan mimpi?

Rayyan terkekeh. "Cie.., blushing."

"Maksudnya apa dan gimana? Gus nggak ngapa-ngapain saya, kan, semalam?" Ayra menatap was-was.

"Maksud yang mana? Coba kamu tanya satu-satu, nanti saya jawab."

"Kenapa saya ada di sini?" tanya Ayra dengan jarak yang cukup jauh.

"Karena kemarin kamu pingsan."

"Pingsan?" cicit Ayra.

Seketika ia teringat kemarin setelah menjalankan hukuman, ia merasa tubuhnya sedikit demam hingga memutuskan untuk izin kajian. Dan entah apa yang terjadi setelahnya Ayra tidak mengingatnya.

"Gus yang bawa saya ke sini?"

Lagi, Rayyan mengangguk seraya tersenyum.

"Maaf," ujar Rayyan tiba-tiba.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang