Bab 22 : Kembali ke Asrama.

355K 15.2K 404
                                    

Ayra berjalan gontai menuju asrama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayra berjalan gontai menuju asrama. Setelah memutuskan untuk kembali, perasaannya menjadi tak menentu. Apakah keputusannya kali ini sudah tepat? Ia berpikir, bukankah akan tetap sama jika ia mengaku sebagai keponakan Umma? Semua santri pasti akan segan kepadanya dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi.

Huh! Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam. Sungguh hari yang sangat berat menurutnya.

Hari ini adalah hari jum'at, di mana semua santri sedang menjalankan ro'an di seluruh sudut pesantren termasuk asrama. Dan Ayra yakin semua orang pasti akan bertanya-tanya melihat ia yang baru bergabung di sana.

Ro'an—salah satu jenis kegiatan yang ada di pesantren yang telah menjadi adat istiadat atau tradisi di pesantren mengenai kebersihan lingkungan, penataan ruang lingkungan hidup yang meliputi sanitasi, halaman, taman dan lain-lain yang ada di lingkungan pesantren, juga hal-hal yang berkaitan dengan kerja bakti .

"Pasti mereka bakal heboh liat gue," monoloh Ayra disela langkah. "Duh! Gue harus jawab apa coba?"

Lama memikirkan jawaban, langkah gadis itu telah memasuki kawasan asrama putri. Di depan kamar asrama masing-masing, semua pasang mata menatap ke arahnya dengan penuh tanda tanya.

"Ayra dari mana tuh? Kok, dari luar asrama?"

"Lah, iya, gue baru ngeuh kalo dia nggak kelihatan dari semalam."

"Pantesan dari tadi sepi. Biasanya, kan, dia yang paling berisik."

Suara Amel terdengar menimpali di antara bisik-bisik tersebut. "Alah! Paling bikin masalah lagi tuh anak."

"Benar kata Amel. Kerjaan dia, kan, cuma bikin masalah."

Di sepanjang jalan Ayra menuju kamar asramanya di kamar satu, bisik-bisik mulai terdengar. Ayra hanya menghendikkan bahunya acuh mengabaikan cibiran semua orang. Namun, kini langkahnya harus terhenti karena suara yang sangat ia kenal memanggil namanya tiba-tiba.

Ayra menoleh pada Ustadzah Salwa yang baru saja memanggil namanya, ia juga melihat sekumpulan para asatidzah yang berada di depan kamar sekretariat. Sepertinya mereka tengah memantau kegiatan ro'an hari ini.

"Dari mana kamu?" tanya Ustadzah Salwa.

Ayra berdehem sejenak memikirkan jawaban yang tepat. "Dari depan masjid, Ustadzah, nyari sendal saya yang hilang waktu kajian pagi tadi. Saya kira dighasab. Eh, nggak taunya ada di sana," dusta Ayra, ia menunjukkan sendal yang ia bawa dari ndalem, sendal pemberian dari Rayyan yang memiliki ukuran yang pas di kakinya. "Nih, sendalnya kalau Ustadzah nggak percaya."

Dari arah belakang, Aiza mendekat dan berdiri di depan Ayra. "Beneran? Bukan kabur lagi?"

Ayra menatap Aiza dengan ekspresi yang tak terbaca, entah kenapa ia merasa ada yang berbeda dari tatapan Ning tersebut.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang