Bab 33 : Nasehat Suami.

359K 17.6K 850
                                    

Ayra diam tak berkutik ketika mendapat sahutan dari Rayyan yang tiba-tiba membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayra diam tak berkutik ketika mendapat sahutan dari Rayyan yang tiba-tiba membuka mata.

"Kok diem? Tadi bilang apa?"

"Mas udah bangun? Maaf, ya. Hehe!" balas Ayra diakhiri kekehan di akhir kalimat. "Janji, deh, nggak bakal aku gantung di pohon toge."

Rayyan tidak menjawab, ia beranjak dari pangkuan sang istri dan menjauh dari sana.

"Mas mau ke mana?" tanya Ayra, merasa bingung karena lelaki itu tanpa aba-aba berlalu begitu saja.

Rayyan menoleh sesaat.
"Ke kamar mandi, mau ikut?" Lelaki itu mengerlingkan sebelah matanya, berniat menggoda gadis itu.

"Mesum!"

Rayyan terkekeh sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama setelah itu, ia keluar dan kembali menghampiri sang istri.

"Mas mau ke diwan dulu," pamit Rayyan seraya mengambil peci di atas nakas dan memakainya.

Diwan = kantor/ruang asatidz dan asatidzah.

Ayra mengangguk kecil. "Aku izin ke asrama, boleh?"

"Istirahat aja di sini," kata Rayyan.

"Tapi aku bosan, Mas. Di sini nggak ada temen, boleh, ya?"

Rayyan mengacak puncak Ayra.
"Ya, udah, boleh. Ke asrama aja, kan?"

"Nggak tau, lihat nanti."

"Ke manapun mau pergi, izin sama Mas dulu, mengerti? Dan yang paling penting, jangan melewati batas," nasehat Rayyan pada sang istri.

***

Dengan langkah pelan Ayra menuju asrama. Ingin sekali ia membidik satu persatu temannya itu yang telah membuat dirinya kesakitan seperti ini. Tapi di sisi lain, ia ikhlas karena memang ini adalah kewajibannya sebagai seorang istri.

Sesampainya di sana, Ayra membuka pintu kamar asrama dan tak lupa juga mengucapkan salam.

"Tumben salam," ujar Adel setelah menjawab salam Ayra. "Nggak dibanting lagi tuh pintu? Lumayan, tuh, satu kali lagi dapat gelas," sambung Adel.

Ayra meringis mengingat kelakuannya kemarin.
"Hehe! Tobat gue," balas Ayra menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Btw, gimana kemarin?" Adel menaikkan satu alisnya.

"Gimana apanya?" tanya Ayra, pura-pura tidak mengerti.

"Saran gue. Lancar, kan?" Adel kembali menaik turunkan alisnya.

"Ya—ya, gitu deh."

"Ya, gitu gimana?"

Ayra mengangkat bahu acuh kemudian menuju ke tempat tidur. Sedang, Adel yang melihat cara jalan Ayra berbeda pun memekik girang.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang