Bab 39 : Kecebong.

391K 17.9K 1K
                                    

"I-ini nggak mungkin, kan, Gus? Antum pasti bercanda," ujar Aiza, terdengar sangat shock mendengar kabar mengejutkan malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I-ini nggak mungkin, kan, Gus? Antum pasti bercanda," ujar Aiza, terdengar sangat shock mendengar kabar mengejutkan malam ini.

Begitu juga dengan para santri yang langsung heboh mendengar penuturan Rayyan, terlebih Ustadzah Salwa yang langsung terkulai lemas di tempat. "Cucu Kiai Hussein, putri dari Gus Haikal dan Ning Luna, dan sekarang, istri dari Gus Rayyan?" batinnya menangis, mengingat semua kesalahannya yang pernah ia buat.

"Apakah saya terlihat seperti sedang membual, Ning?" balas Rayyan tanpa melihat siapa yang ia ajak bicara.

"Tapi kenapa harus dia, Gus? Saya—" napas Aiza seolah tercekat di tenggorokan. "Kenapa?"

"Kenapa? Apakah anti tidak salah menanyakan sesuatu yang sudah jelas bahwa itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan? Cukup satu yang anti dan kalian harus tahu," sambung Rayyan, melihat Aiza sekilas, kemudian menatap semua santrinya.

"Bahwa saya telah mencintai istri saya sejak saya mengikrarkan namanya di hadapan ayahnya." Ucapan Rayyan membuat ruangan kembali ramai, manis sekali, pikir mereka.

Mendengar itu Aiza menggeleng pelan. "Tapi, Gus, dulu antum bilang—"

"Perihal dulu, bukankah saya sudah memberi peringatan?" potong Rayyan.

"Tapi, Gus, sekarang saya bersedia untuk—"

"Semuanya harap tenang." Lagi, Rayyan memotong ucapan Aiza membuat si empu mengepalkan tangannya kuat tanpa semua orang sadari.

Sementara itu, Rayyan meminta para santrinya untuk kembali tenang.

"Sebelumnya, saya minta maaf perihal datangnya kabar yang mengejutkan pada malam hari ini," ucap Rayyan, memulai pembicaraan.

"Di sini, saya sendiri." Rayyan menunjuk dirinya sendiri. "Rayyan Sankara Al-Khalifi akan mengkonfirmasikan bahwasanya saya telah mempersunting Zhafira Ayrania Azka Madeena, sebagai istri saya, tepat empat bulan yang lalu."

Bomm!!

Semua santri terperangah mendengar kabar mengejutkan pada malam hari ini, bisik-bisik mulai terdengar bergemuruh memenuhi satu ruangan.

"Mati lo, Mel," ujar salah satu santri pada Amel.

Amel terdiam kaku mendengar kabar malam ini, terlebih dialah yang sering membuat masalah dengan Ayra.

"Berisik," balas Amel, berperang dengan pemikirannya sendiri.

"Empat bulan yang lalu? Itu artinya sejak pertama dia di sini statusnya adalah seorang istri?" batin Amel.

"Saran aku, sih, kamu minta maaf aja, lagian kalau dilihat-lihat Ayra—eh, maksud aku Ning Ayra itu nggak seperti apa yang kamu pikirkan."

"Bener tuh, Mel, itu sih saran kita, terserah kamu maunya gimana," timpal salah satu santri lain sebelum akhinya kembali fokus ke depan.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang