Bab 12 : Gus Mesum!

334K 16.8K 215
                                    

"G-gus nggak akan macem-macem, kan? Ngapain bawa saya ke kamar? Mau ngajakin iya-iya, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"G-gus nggak akan macem-macem, kan? Ngapain bawa saya ke kamar? Mau ngajakin iya-iya, ya?"

Mendengar sesuatu yang ambigu itu membuat Rayyan menyentil dahi Ayra hingga membuat gadis itu mengaduh.

"Mau ngajakin apa tadi? Coba ulangi lagi," ucap Rayyan seraya berjalan mendekat pada Ayra.

Ayra yang merasa was-was turut berjalan mundur menghindari Rayyan. Namun langkahnya harus terhenti karena sebuah lemari di belakangnya.

"Gus, saya bisa teriak loh."

"Coba aja teriak, kamar saya kedap suara."

Balasan dari Rayyan membuat Ayra merinding, gadis itu sontak memejamkan mata, bagaimana jika dirinya beneran di iya-iya?

Diam-diam Rayyan membuka dompet miliknya dan mengulurkan uang pada Ayra. "Buka mata kamu."

Ayra menggeleng dengan mata yang masih terpejam.
"Uangnya nggak mau?" ujar Rayyan lagi.

Mendengar kata "uang", Ayra membuka mata secepat kilat.

"Cukup?" Rayyan memberikan uang seratus ribuan lima lembar.

Ayra hanya mengangguk pelan menanggapi itu. Bukan apa, hanya saja berdekatan dengan Rayyan sedekat ini lagi dan lagi membuat dirinya terasa kaku.

"Kenapa takut? Saya nggak bakal merawanin kamu sekarang," kata Rayyan yang membuat Ayra melotot. Sejurus kemudian ia berlari menuju pintu.

"GUS RAY MESUM!"

Brak! Pintu kembali ditutup keras oleh Ayra.

"MaasyaAllah, kelakuan istri saya tiada lawan." Rayyan terkekeh melihat Ayra dengan segala tingkahnya.

***

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Umma melihat Ayra berlarian menuruni anak tangga.

Huh! Ayra berhenti dan menumpu kedua tangannya pada lutut, capek.

"I-itu, Umma, ada kecoa di atas," balas Ayra dengan nafas yang terengah-engah.

"Tapi kamu nggak papa, kan? Jangan lari-lari ya, Sayang, takut jatuh nanti," nasehat Umma lembut.

"Iya, Umma, maaf, soalnya kecoanya gede banget. Jadi, Ayra lari deh, hehe!" Ayra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merutuki kesalahannya yang memilih berbohong pada orang tua.

"Ekhem!" deheman Rayyan terdengar dari arah atas anak tangga, Ayra yang mendengar itu bergegas pergi dari ndalem.

"Ayra pamit ke asrama dulu ya, Umma, assalamualaikum."

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang