Umma dan abah tak lupa mengucap kalimat hamdalah saat mendapat kabar kehamilan Ayra. Keduanya baru saja tiba di ndalem setelah menyelesaikan acara di pesantren milik sahabat Umma Maryam. Sama seperti Rayyan, Ayra seolah mendapat duplikat suaminya yang melarangnya ini dan itu dengan alasan "Nanti kamu kecapekan."
Tak tahan dengan kebosanan yang melanda, Ayra memilih menuju asrama menemui ketiga temannya. Setelah beberapa menit berjalan, ia pun memasuki kamar asrama setelah mengucapkan salam.
"Novel terooos! Kitab tuh buruan ditambal, bentar lagi libur semester," tegur Ayra, sedang Adel hanya menunjukkan deretan giginya yang rapi.
"Besok, dah! Besok gue tambal, sekarang novel dulu."
Ayra berdecih.
"Kena razia, tau rasa lo."Adel memutar mata, jengah.
"Nggak bakal kena, kalau lo nggak ember.""Nak, nanti jangan tiru sifat aunty-mu yang satu itu, ya?" Ayra mengusap pelan perutnya yang masih terlihat rata.
"Gue sih berharapnya tuh bocah mirip Gus Rayyan," ujar Adel.
Ayra mengernyitkan keningnya. "Kenapa emang kalau mirip gue?"
"Kasihan suami lo, bisa tipes nanti kalau dua-duanya tukang rusuh."
Seakan menatap muak pada Adel, Ayra kembali berkata, "Gue doain anak lo ntar yang mirip emaknya, biar bapaknya kewalahan."
***
Ayra melihat arloji yang terpasang di sebelah pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul lima sore. Setelah kajian ashar selesai, ia berniat menemui Rayyan untuk mengambil ponselnya yang telah disita.
Kini, tatapannya menajam menjuru ke segala arah, bukannya menemukan Rayyan, netranya justru bertemu mak lampir alias Aiza yang akan melewatinya.
Ayra menunggu sesuatu yang akan terjadi, tapi sesampainya Aiza di depan Ayra, perempuan itu justru langsung memalingkan wajahnya dan berlalu begitu saja.
"Tumben." Ayra terheran-heran. "Udah insyaf kali, ya? Syukur, deh." Ayra mengalihkan tatapannya lagi ke sekitar. Beruntung ia menangkap sosok yang sedari tadi ia cari.
"Mas!" pekik Ayra memanggil Rayyan yang baru saja keluar dari masjid.
Rayyan yang hendak memakai sandal ia urungkan saat mendengar suara familiar itu. Ia menoleh. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Ayra berlari menuju ke arahnya.
Melupakan sandal yang belum terpasang, dengan langkah cepat Rayyan menghampiri Ayra yang masih berlari, sedetik kemudian menangkap tubuh sang istri yang hampir terjatuh jika ia tidak segera menangkapnya.
Rayyan menghela napas lega.
"Jangan lari-lari, Ayra. Hampir aja jatuh, kalau jatuh gimana? Jangan ulangi lagi," tegur Rayyan berurutan.Ayra tersenyum kikuk. "Mas dari tadi di masjid?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KIBLAT CINTA
General FictionBagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Mengisahkan tentang Ayrania yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren karena paksaan dar...