Bab 25 : Suara Adzan.

306K 15.5K 639
                                    

Adzan ashar berkumandang membuat para santri berbondong-bondong menuju masjid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adzan ashar berkumandang membuat para santri berbondong-bondong menuju masjid. Begitu juga dengan Ayra yang berniat kembali ke asrama setelah puas berpetualang di rumah barunya.

Gadis itu melangkah lebar menuju pintu depan ndalem. Namun, sebelum sampai di ruang depan, langkahnya mulai mengayun kecil begitu tak sengaja mendengar percakapan dua orang yang sedang membicarakan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti apa maksudnya. Di balik tembok, Ayra bersembunyi di sana.

"Aiz minta maaf, Umma. Maafkan Aiz yang dulu, andai Aiz—"

"Nggak papa, itu sudah lama, Ning. Jadi, lupakan saja. Mungkin kalian memang tidak ditakdirkan bersama," potong Umma, seketika ingatannya berputar pada beberapa tahun lalu.

"Apa Aiz masih bisa berjuang, Umma?"

"Maaf? Udah lama?" lirih Ayra, ia bertanya-tanya dengan apa yang mereka perbincangkan. Niat yang ingin kembali ke asrama ia urungkan hingga pada akhirnya ia memutar tumit kembali ke rumah Rayyan.

***

Sore hari, roda mobil Rayyan berhenti tepat di depan ndalem. Seperti biasa, beberapa santri yang tengah melintas menghentikan langkahnya sejenak seraya menunduk, mereka menunggu Gusnya tersebut menghilang dari pandangan.

Rayyan memasuki ndalem dengan tak lupa mengucapkan salam, lelaki itu tampak membawa beberapa berkas di sebelah tangannya.

"Baru pulang, Ray?" tanya Umma yang menerima uluran tangan dari Rayyan yang menyalaminya.

"Enggih, Umma."

"Udah sholat, kan?"

"Udah, Umma, tadi di kampus." Rayyan menejeda ucapannya. "Kalau gitu Ray mau ke belakang dulu."

"Ke belakang?" Dahi Umma berkerut dalam. "Tumben lewatnya ke sini dulu?" Pasalnya, jarak gerbang depan dengan rumah putranya itu lebih dekat dibanding ndalem. Dan biasanya Rayyan hanya akan ke ndalem jika akan istirahat di kamarnya.

"Ray lupa bawa kunci, Umma."

"Kamu dari siang di sana?" tanya Umma yang mengerti kebiasaan sang putra, apalagi kalau bukan menyelesaikan pekerjaan.

"Ray dari siang di sana sama Ayra. Apa Ayra udah pulang?"

"Ayra ada di belakang?" Bukannya menjawab, Umma justru kembali bertanya.

"Tadi siang sama Ray di belakang, tapi Ray tinggal karena ada urusan mendadak di kampus."

"Oh, gitu. Umma baru pulang dan nggak lihat Ayra dari tadi," kata Umma. "Coba kamu cek barangkali masih di sana."

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang