Bab 27 : Menemui Rayyan.

302K 15.1K 307
                                    

"Itu bukannya Ayra, ya?" Maya menunjuk Ayra yang sedang berdiri di halaman masjid saat hendak berangkat madin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu bukannya Ayra, ya?" Maya menunjuk Ayra yang sedang berdiri di halaman masjid saat hendak berangkat madin.

"Lah, ngapain tuh anak tiba-tiba berdiri di sana?" sahut Adel yang juga melihat Ayra dari jauh. "Ayo, samperin."

Ketiga gadis itu melangkah lebar menghampiri Ayra.

"Heh, bocah, lo ngapain di sini?" tanya Adel berada tepat di depan Ayra, membuat Ayra menghentikan shalawatnya sejenak.

"Gue lagi dihukum." Bukannya merasa bersalah, Ayra justru menunjukkan deretan giginya yang rapi.

Puk! Adel menimpuk pelan lengan Ayra dengan buku yang ia bawa. "Hobi banget lo dihukum."

Ayra berdecak kesal.
"KDP lo."

"KDP apaan?"

"Kekerasan dalam pertemanan."

Adel memutar mata, jengah.
"Gue kira lo ke mana dari siang ngilang. Eh, taunya bikin masalah lagi. Kali ini dihukum siapa lagi?"

"Dihukum sama sua—" Ayra merapatkan bibirnya kembali.

"Sama sua? Sua apaan?" balas Adel, menuntut jawaban.

Ayra berdehem sejenak sebelum berkata, "Sama kayak yang hukum gue kemarin maksudnya."

"Yang kemarin? Gus Rayyan maksud lo?"

"Betul betul betul." Ayra tersenyum kikuk.

"Kamu dihukum karena apa, Ra?" timpal Farah.

"Karena ambil mangga lagi di pekarangan tadi siang," balas Ayra sekenanya.

"Tapi, kan, mangganya udah nggak berbuah, Ra," sahut Maya.

Ayra meringis. Tamatlah sudah riwayatnya.

"Daunnya yang gue ambil," balas Ayra sekenanya. Detik berikutnya ia merutuki ucapannya sendiri, daun buat apa?

"Memangnya mau buat apa, Ra, daunnya?" balas Maya lagi. Sedang, Ayra memejamkan mata, hatinya menyumpahserapahi temannya itu. Kenapa dibahas segala? Begitu pikirnya.

Adel yang sangat peka di antara kedua temannya pun menatap Ayra dengan tatapan penuh selidik. "Gabut banget lo sampai nyolong daun?"

"ITU SIAPA DI SANA? CEPAT BERANGKAT!" pekik Ustadzah Salwa yang bertugas mengontrol para santrinya. Mendengar itu, Ayra bernapas lega karena terhindar dari pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa ia jawab sekarang.

"Nah, kan, macan ngamuk." Ayra menjeda ucapannya. "Udah, sana pergi," usir gadis itu.

Melihat Ustadzah Salwa yang semakin mendekat, mau tak mau mereka pergi dari sana meninggalkan Ayra seorang diri.

"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Ustadzah Salwa begitu langkahnya berada di depan Ayra.

"Kan, saya lagi dihukum, Ustadzah. Memangnya boleh masuk kelas?" balas Ayra.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang