Bab 13 : Bantuan Kafka.

312K 15.5K 200
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, di mana Ustadz Farhan memimpin jalannya acara yang sudah berlangsung beberapa menit lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, di mana Ustadz Farhan memimpin jalannya acara yang sudah berlangsung beberapa menit lalu.

"Kok gue deg-degan, ya?" ujar Ayra pada ketiga temannya, mengingat hari ini ia akan menampilkan satu lagu yang mengandung makna teramat dalam.

"Santai aja, Ra, nggak papa, bukannya kata kamu udah sering nyanyi? Suara kamu bagus kok, banget malah," balas Farah.

"Bukan itu, masalahnya nggak sebanyak ini juga yang nonton. Ini, sih, di luar eksekusi gue."

"Ekspetasi, Ra, ekspetasi, lo kira apaan eksekusi," sahut Adel dengan nada suara sedikit tinggi.

"Oh, salah, ya? Hehe! Sorry, gue udah panas dingin soalnya."

"Mas-Mas hadrohnya maasyaAllah banget," lanjut Adel. "Apalagi vokalnya, suaranya ngajak nikah," balas Adel seraya memperhatikan beberapa santri putra yang tengah tampil di atas sana.

"Kalau soal cogan melek tuh mata," cibir Ayra.

"Gue juga normal kali, Ra. Ngarepin dapat jodoh yang baik agama plus suaranya adem buat jadi imam, nggak masalah, kan?"

"Oke. Gue bantu aaminkan," balas Ayra.

"Eh, itu bukannya Ning Aiza sama Gus Rayyan, ya? Kok, bisa barengan masuknya? Padahal ustadz sama ustadzah yang lain udah pada kumpul di depan sana," ujar salah satu santri di belakang Ayra.

Seketika ruangan menjadi bergemuruh bersorak ramai melihat pemandangan di mana Ning Aiza berjalan di belakang Rayyan. Keduanya menuju tempat masing-masing.

Adel yang melihat pemandangan tersebut sontak menatap Ayra, membuat gadis itu menaikkan satu alisnya. "Kenapa lo?"

"Kecut amat tuh muka," kekeh Adel.

"Biasa aja."

Ayra berusaha bersikap biasa saja meskipun di hati tidak demikian. Dan lagi, kenapa Adel selalu memperhatikannya? Sial! Dirinya masih belum mengerti, ada apa dengan hatinya?

Ayra berdehem sejenak, menguasai hati agar tetap terlihat baik-baik saja.
"Giliran gue masih lama kayaknya, gue mau ke kamar mandi dulu sebentar," izin Ayra, ia hendak beranjak dari tempat duduk. Sayangnya, Adel lebih dulu menahan lengan gadis itu hingga niat Ayra urung seketika.

"Eh, bentar lagi lo tampil, ya, jangan main pergi gitu aja dong. Kalau tiba-tiba lo dipanggil gimana?" kesal Adel.

"Ck! Bentar doang, lo mau gue ngompol di atas sana?"

Adel menghela napas panjang, mau tak mau ia melepaskan tangan temannya itu.
"Awas aja kalau lama."

"Iya, iya." Setelah mengatakan itu, Ayra berusaha keluar dari tempat duduk yang berada di tengah banyaknya para santri, langkahnya menuju ke kamar mandi.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang