Bab 3 : Perdebatan Kecil.

365K 16.3K 153
                                    

"Ayra, udah ashar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayra, udah ashar. Ayo, bangun!" Maya membangunkan Ayra yang masih terlelap dalam mimpi, sepertinya gadis itu terlalu kelelahan setelah perjalanan panjang. "Kita berangkat jamaah."

"Hm lima menit lagi, Bun," gumam Ayra yang mengira bahwa itu adalah bundanya. Hanya sedikit pergerakan, gadis itu kembali pulas.

"Ck! Kalau cara banguninnya gitu yang ada dia tambah pules, May. Itu namanya lo ngelus-ngelus," timpal Adel.

"Terus harus gimana, dong?"

"Biar gue aja, lo siap-siap, gih!" titahnya pada Maya.

Maya mengangguk pelan sebelum akhirnya beranjak dari sana.

Adel mengambil alih.
"BANGUN, WOI! BANJIR!" pekik Adel, mengguncang tubuh teman barunya itu dengan cukup kuat.

Kedua mata Ayra terbeliak begitu mendengar suara nyaring. "BANJIR?!" Ayra yang terkejut langsung bangun dan menepi di pojok kasur.

Melihat itu, Adel tertawa puas, akhirnya misi berhasil.

"ADUH! NGAKAK BANGET GUE." Adel memegang perutnya sakit karena tertawa melihat muka bantal Ayra.

Sedang, Ayra yang mulai sadar menatap tajam teman yang baru dikenalnya tersebut.

"ADEL TAKODEL-KODEL! JADI LO NGERJAIN GUE, HAH? AWAS LO GUE BALES NANTI." Ayra menatap sengit kearah Adel dengan suara penuh penekanan.

Adel mulai menghentikan tawanya.
"Perut gue sakit banget, astaghfirullah." Adel mengusap setitik air matanya akibat lelah tertawa.

"Lagian tidur kayak kebo susah banget dibangunin. Bangun! Udah adzan ashar, mau lo dihukum?" lanjut Adel tak kalah sengit menatap gadis itu.

"Berisik lo!" Ayra memutar mata malas, teman barunya itu ternyata sangat menyebalkan!

"Udah, buru siap-siap ke masjid, kalau lama gue tinggal."

"Kamar mandinya di mana? Gue nggak tau, anterin ngapa!"

"Ya, udah, buru. Pakai jilbab lo! Jangan bilang lo mau keluar dengan penampilan lo itu?" balas Adel menelisik Ayra dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rambut gadis itu terlihat sangat acak-acakan.

"Memangnya kenapa? Di sini nggak ada cowok, kan? Setahu gue sesama cewek nggak papa."

"Di sini emang cewek semua. Tapi, ada beberapa abdi ndalem yang suka bolak-balik dan mereka itu cewek-cowok. Kadang juga Gus Rayyan sama Gus Kafka sering ngecek ke asrama putri," jelas Adel.

"Abdi ndalem? Gus?" tanya Ayra bingung.

"Nanti aja gue jelasin, buruan pakai jilbab."

"Iya, iya." Ayra meraih jilbabnya yang tergantung di pintu lemari. "Udah, ayo!"

Detik berikutnya mereka menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari kamar asrama.

***

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang