Desiran angin menyelinap celah jendela kamar sepasang suami istri yang masih terlelap dalam tidur. Ayra, gadis cantik itu menggeliatkan tubuhnya seraya mengerjap perlahan.
Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan sang suami. Ayra akui ketampanan Rayyan tidak berkurang sedikitpun meski dalam keadaan tidur.
Ayra tersenyum, sebelah tangannya terangkat menyusuri kedua mata indah milik Rayyan, kemudian beralih mengelus pangkal hidung mancung bak prosotan itu hingga tangannya kini berhenti tepat pada bibir bawah suaminya dan meninggalkan jejak di sana. Cup!
"Ganteng banget," lirih Ayra, seakan tak bisa berhenti memuji ketampanan lelaki itu.
"Nakal," ujar Rayyan tiba-tiba, ia membuka matanya dan tersenyum manis pada sang istri.
Kedua pupil mata Ayra membola. "M-mas udah bangun?"
"Udah dari tadi, Sayang."
"Berarti Mas denger dong?" Ayra meringis mengingat kelakuannya tadi.
Cup! Rayyan membalas ciuman singkat Ayra.
"Morning kiss dari kamu, Mas suka."
Tanpa jawaban, Ayra masuk kembali ke dalam selimut karena merasa malu dengan kelakuannya sendiri.
***
Mentari telah menampakkan diri dari persembunyiannya. Pagi ini Ayra sudah bersiap untuk mengkaji kitab di masjid yang akan dipimpin langsung oleh Abah Umar. Tapi sebelum itu, ia akan kembali ke asrama untuk mengambil kitabnya terlebih dahulu.
Ayra melangkah lebar menuju asrama dengan sesekali melihat arloji yang terpasang di tangan kirinya. Seolah memburu waktu.
Sesampainya di depan kamar asrama, gerakan tangan Ayra yang hendak membuka pintu terhenti saat mendengar suara yang sangat familiar memanggilnya.
Ayra menoleh pada seseorang yang memanggilnya dengan sebutan "Sayang". Di sana, Rayyan melangkah mendekat pada gadis itu.
"Mas, kok, ada di sini?" balas Ayra sembari melihat kiri kanannya yang terlihat sepi, karena semua santri sudah berangkat ke tempat kajian.
Di sisi lain, Adel yang salah mengambil kitab terpaksa kembali ke asrama untuk mengambil kitab yang tertinggal. Setelah selesai mengambil kitab tersebut, ia menuju pintu. Tangan yang ingin memutar handle pintu terhenti ketika mendengar percakapan dua orang yang ia kenal di depan sana.
"Mas ada urusan tadi di kantor pondok putri, kamu baru mau berangkat?"
Ayra mengangguk menanggapi itu. "Iya, aku telat kayaknya."
"Masih ada waktu. Gih! Ambil kitabnya, mau bareng sama Mas?"
"Mas duluan aja nggak papa."
"Beneran?" tanya Rayyan, memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIBLAT CINTA
General FictionBagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Mengisahkan tentang Ayrania yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren karena paksaan dar...