"Kamu mau ke mana malam-malam seperti ini?" Rayyan mengernyitkan dahinya melihat Ayra yang tengah bersiap setelah pulang dari madin.
"Mas udah tua ternyata, pantesan cepat lupa," balas Ayra seraya melirik Rayyan sesaat.
"Sayang, umur Mas sama kamu aja nggak beda jauh, hanya selisih tujuh tahun," balas Rayyan tak terima.
Ayra terkekeh, tujuh tahun di atasnya menurutnya adalah perbedaan yang cukup jauh.
"Iya, iya, Mas masih muda." Ayra mengalah.
"Pertanyaan Mas belum kamu jawab tadi."
Setelah selesai memakai jilbab khusus hukuman, Ayra berdiri di depan Rayyan yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur.
"Mas lupa, ya, kalau ini adalah khimar ta'ziran?" Ayra menunjuk jilbab dikenakan. "Hukuman aku, kan, masih tersisa tiga hari lagi."
Rayyan menghela napas, ia melupakan hukuman Ayra yang ia berikan sebelas hari yang lalu.
Rayyan berdiri, lalu meraih sebelah tangan Ayra untuk ia bawa ke luar.
"Ayo ikut Mas."
"Kita mau ke mana?" tanya Ayra yang mendapat ajakan tiba-tiba.
"Katanya mau melanjutkan hukuman, kan?"
"Iya, tapi sama Adel."
Rayyan tidak menjawab ucapan Ayra, ia terus melangkah dan tak melepaskan genggaman tersebut hingga sampai di teras masjid.
"Mas, hukuman aku itu di kamar mandi, bukan di masjid."
"Kamu tunggu sebentar di sini."
Rayyan menghentikan salah satu santriwati yang hendak memasuki asrama putri. Sedang, Ayra hanya memperhatikan tanpa tau apa yang dibicarakan oleh keduanya.
"Mas habis ngapain?"
"Minta tolong buat panggilkan teman kamu."
Ada lenggang beberapa saat, Adel datang menghadap Rayyan.
"Assalamualaikum, Gus panggil saya?"
"Wa'alaikumussalam." Rayyan menjeda ucapannya. "Kamu mau melanjutkan hukuman, kan?"
"Iya, Gus. Afwan, kalau boleh tahu Ning Ayranya ke mana, ya? Saya tadi nungguin di asrama."
"Coba kamu perhatikan santriwati yang ada di pojok masjid sebelah sana." Rayyan menunjuk sisi selatan masjid.
Di pojok sana, Ayra menatap Rayyan kesal dengan sebuah mushaf di tangannya.
"Istri saya lagi hamil, jadi saya merubah hukumannya menjadi hafalan, itu juga berlaku buat kamu."
Glek! Adel menjatuhkan rahangnya, hafalan? Jujur ia lebih memilih hukuman tenaga atau menyimak pembahasan guru daripada harus menghafal buat otaknya yang sangat pas-pasan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIBLAT CINTA
General FictionBagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Mengisahkan tentang Ayrania yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren karena paksaan dar...