Bab 23 : Perbincangan antar Sahabat.

323K 16.2K 628
                                    

Ayra berada di kamar asrama seorang diri, gadis itu menolak ajakan ketiga temannya untuk mencuci baju bersama dengan berbagai alasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayra berada di kamar asrama seorang diri, gadis itu menolak ajakan ketiga temannya untuk mencuci baju bersama dengan berbagai alasan. Tanpa ketiga temannya sadari, Ayra sudah merencanakan waktu tersebut untuk mengambil ponsel yang ia sembunyikan.

Tujuan utamanya adalah untuk menghubungi ayah dan ibunya. Namun, setelah mencoba melakukan panggilan tersebut, nomor kedua orang tuanya berada di luar jangkauan.

"Mungkin mereka sibuk," gumam Ayra, jari jemari gadis itu kembali berselancar di atas layar ponsel mencari nomor salah satu sahabatnya, Devan.

Sementara itu di rumah Devan, lelaki itu tampak menatap binar pada layar ponsel miliknya yang menyala karena mendapat panggilan atas nama "Bocil".

"Nah, panjang umur nih, bocil," ujar Devan pada kedua temannya.

"Siapa?" tanya Andre.

"Ayra. Bentar, gue angkat dulu." Segera, lelaki itu menekan panel hijau agar panggilan itu terhubung.

"Halo, Cil."

"Assalamualaikum, Bang."

Devan terkekeh pelan, jika Ayra sudah memanggilnya dengan sebutan "Abang", maka sudah pasti ada sesuatu yang ingin gadis itu sampaikan.

"Wa'alaikumussalam, udah jadi ustadzah sekarang, nih?"

Di ujung sana, Ayra tertawa sesaat. "Haha! Ustadzah pala lo."

"Kali aja mendadak jadi ustadzah, kan," kekeh Devan, jeda tiga detik, ia mengganti panggilan tersebut menjadi mode video yang diterima dengan cepat oleh Ayra. "Apa kabar?"

"Baik dong, lebih baik malah."

"Wih! Makin cantik aja lo, Cil," timpal Andre.

"Oh, tentu." Ayra menyombongkan dirinya sendiri. "Udah jadi istri orang, nih, senggol dong!"

Devan, Andre, dan Bima, ketiganya saling bertukar pandang sebelum kembali bertanya secara bersamaan. "Istri?"

"Gue udah nikah," kata Ayra tanpa aba-aba.

Ketiga lelaki tersebut yang mendengar itu tak tahan menahan tawa hingga akhirnya gelak tawa mereka mengudara.

"Bercanda lo nggak lucu, Ra," kata Andre, setelah tawa itu mereda. "Oh, atau jangan-jangan lo kesambet setan pesantren, ya?"

"Gue nggak lagi bercanda, Besti! Gue bicara apa adanya, gue udah nikah."

Balasan Ayra membuat ketiga lelaki itu terdiam dengan pemikirannya masing-masing. Termasuk Devan, lelaki itu sekarang paham kenapa Ayra memanggilnya dengan sebutan "Abang". Pasti kabar inilah yang akan gadis itu sampaikan.

"Memangnya ada yang mau sama lo, Ra?" kata Bima, sedetik berikutnya ia mengangkat kedua jarinya tanda perdamaian begitu mendapat tatapan tajam dari Ayra.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang