Bab 7 : Asrama Putra.

340K 16.4K 342
                                    

Rayyan mendekat pada Ayra yang masih menutup wajah dengan kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan mendekat pada Ayra yang masih menutup wajah dengan kedua tangannya. "Ada apa? Kenapa di sini hm?"

Setelah Kafka menjelaskan kemarin, dirinya sangat terkejut begitu mengetahui kebenaran tentang Ayra yang merupakan istrinya. Kafka, sang adik menyarankan untuk tidak terlalu keras pada Ayra dan mulai hari ini ia akan berusaha melakukan itu.

Perlahan tapi pasti, Ayra menurunkan kedua tangannya dan memberanikan diri menatap Rayyan dari jarak dekat.

"I-itu, Gus, disuruh umma bersihin kamar Gus Ray tadi," balas Ayra terbata, merasa jantungnya bergetar karena menatap manik yang menurutnya sangat meneduhkan.

Ayra juga tidak tahu, kemana dirinya yang bar-bar? Karena setiap berdekatan dengan Rayyan, tubuhnya akan terasa kaku.

"Kamar saya udah bersih, gimana kalau kamu setoran hukuman aja sekarang?"

Kedua mata Ayra membola.
"Nggak bisa gitu dong, Gus, itu mengurangi perjanjian namanya."

Rayyan mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang istri. "Jangan bilang kamu belum mulai menghafal?"

Ayra yang ditatap seperti itu menahan napas. Aroma maskulin dari lelaki itu membuatnya tak mampu berkutik.

"Napas, Ayra." Rayyan meniup muka sang istri, membuat gadis itu terkesiap.

"Gu-gus, saya lupa cucian saya belum saya jemur, saya permisi, assalamualaikum." Ayra merasa gugup dan berlari pergi begitu saja seraya menutup pintu dengan keras.

Brak!

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Rayyan terkekeh kecil melihat tingkah istri kecilnya itu.

"Lucu," batinnya.

***

"Gila! Jantung gue pindah tempat kayaknya." Ayra mengelus dadanya setelah keluar dari ndalem.

"Huh! Tenang Ayra, tenang," lirihnya lagi, ia menghela napas kemudian membuangnya pelan. Langkahnya mulai masuk ke dalam asrama putri.

"Ganteng," lanjut Ayra seraya tersenyum kecil.

"Gila lo?" ucap Amel yang tiba-tiba berhenti depan Ayra.

"Enak aja ngatain gue gila, lo kali yang gila."

"Lo?!" geram Amel seraya menunjuk Ayra.

"Apa?" tantang Ayra. "Mau gelud? Ayo! Gue jabanin." Gadis itu mengambil ancang-ancang.

Amel yang melihat itu semakin naik pitam, mengingat kelakuan Ayra yang sangat berani padanya, menjadikannya tidak menyukai santri baru tersebut.

"Rasain!" Amel menjambak jilbab yang Ayra pakai dengan sangat kuat.

Ayra yang diperlakukan seperti itu jelas tidak terima, dirinya turut menarik jilbab yang Amel pakai dengan sekuat tenaga, menjadikan keduanya sebagai tontonan di area asrama putri.

KIBLAT CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang