"Lo emang ga bisa bantu gue?"
An menghela nafas menatap sosok yang menghalangi jalannya, ia bergeser mencari jalan lain untuk berlalu.
"Gue ngomong sama Lo An!"
Kembali menghela nafas, An menatap Anna lelah.
"Gue ada urusan tadi malam, sorry ga bisa dateng dan bantu Lo."
"An! Lo temen gue bukan sih?!"
"Gue lagi ga mau berantem, Na. Gue banyak kerjaan."
An beranjak pergi berniat ingin meninggalkan Anna tanpa melihat kearah gadis itu. Sungguh hari ini, moodnya benar-benar sedang tidak baik.
"Karena Lo selalu sibuk, Yumna bunuh diri, An."
An memejamkan mata kuat, namun ia tidak menghentikan langkah ataupun berbalik badan. Hanya saja ia memelankan langkah, ingin mendengar kalimat apa yang selanjutnya akan diucapkan Anna.
"Dia bergantung sama Lo An, hari itu dia mau ketemu sama Lo, dia mau minta tolong sama Lo, hari itu dia pasti frustasi banget, sampai-sampai dia berani ke sekolah diem-diem padahal udah di keluarkan. Tapi Lo ga dateng, An. Bahkan sampai dia memutuskan untuk melakukan itu."
An dapat mendengar Anna mulai terisak. Tapi ia tetap meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak berbalik menatap temannya sejak kecil itu dan mempercepat langkahnya. Hari ini, meskipun hari belum cukup dikatakan siang, ia merasa sudah cukup lelah.
Brukk
An terkejut melihat sosok gadis yang tampak ketakutan menubruknya. Ia membantu gadis itu berdiri karena sempat tersungkur.
"Kak, tolong saya."
An semakin dibuat bingung dengan gadis ini, ia tampak tidak asing dengan wajah dihadapannya. Tapi ia yakin, kalau mereka memang tidak saling mengenal. Hanya saja, wajah cantik yang tampak cemas itu, sepertinya An pernah melihat gadis ini.
An memperhatikan sekitar, ada cukup banyak orang yang memperhatikan mereka.
"Lo kenapa?"
"Kak, tolong saya. Saya takut."
"Apa yang bisa gue tolong." Tanya An langsung.
"Saya harus pergi kak."
Tanpa menanyakan alasannya, An langsung menyambut genggaman tangan gadis itu pada tangannya. Berjalan dengan cepat, An hanya berfikir untuk membawa gadis itu pergi.
"Lo mau kemana?"
"Kemanapun, asal saya bisa keluar dari sini kak. Hari ini aja."
Mengangguk faham, langkah mereka kian cepat. Tak perduli dengan tatapan orang-orang, An bahkan juga hanya melewati dua temannya yang berselisih dengannya.
"An, ntar sore_."
Ucapan Alin terputus saat An bahkan tak melihat kearahnya. Mengerutkan dahi, Alin dibuat kebingungan melihat An berjalan dengan wajah gusar bersama gadis yang beberapa hari ini menjadi topik hangat di kalangan sekolah.
"An!" Panggil Tifa kesal dengan apa yang baru saja An lakukan pada mereka.
"Tif, ayo." Ajak Alin dan langsung berlari.
"Eh tungguin!"
Keduanya berlari menyusul An yang tampaknya sedang dalam masalah. An terus membawa gadis itu hingga saat ini mereka sudah keluar dari gedung sekolah, berada di lapangan. Karena sedang jam istirahat, tentu saja saat ini tengah ramai orang berkeliaran.
An menahan nafas sebentar saat jalannya dihalangi dengan sosok yang akhir-akhir ini selalu mengusik hidupnya.
"Minggir." Usir An.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Fiksi Remaja"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...