"Bulan ini, sudah dua kali kamu tidak partisipasi dalam program OSIS."
"Tapi saya punya alasan un_."
"Saya tidak bertanya tentang alasannya, sekarang jelaskan tentang tanggung jawab yang kamu sebut tadi."
Hening, tak ada suara apapun di ruang OSIS yang cukup luas untuk menampung lima puluh orang itu. Mata seluruh orang di sana tengah fokus pada gadis yang sejak tadi berkeliling di antara kursi yang sudah di susun rapih. Kini gadis itu tengah menunggu jawaban dari cowok dihadapannya yang kini menunduk.
"Saya ulangi sekali lagi. Sebelumnya kamu menjawab pantas untuk bertahan di organisasi siswa karena kamu memiliki tanggung jawab. Benar?"
Cowok dihadapannya mengangguk.
"Meninggalkan tugas tanpa memberi kabar dan tidak menyerahkan pada orang lain." Ia menjeda sebentar kalimatnya sebab merasa sulit untuk bernafas.
"Apa itu bertanggung jawab?" Lanjutnya setelah beberapa saat.
"Rapat gue ga dateng karena harus jemput Tante gue dari kampung. Hari olahraga kemarin gue ga hadir karena gue sakit."
"I know, but you have responsibility. Dengar, OSIS tidak memberatkan siapapun yang berhalangan saat melakukan tugas. Hanya dengan syarat, berkabar, dan tunjuk seseorang untuk menggantikan. Satu lagi, bicara dengan formal saat sedang ujian ataupun rapat di ruangan."
Menunduk sambil menghirup nafas dengan rakus, An memilin kuat ujung roknya saat merasa semakin sulit bernafas.
"Geo, hari ini, kamu resmi dikeluarkan."
Tentu saja pemuda bernama Geo itu menampilkan wajah tidak terima.
"Kenapa? Hal ini sudah kami semua diskusikan melihat banyak pelanggaran yang telah kamu lakukan."
"Pelanggaran? Gue ga pernah ngelanggar aturan!"
"Kamu yakin ingin saya sebutkan satu-persatu? Di sini ada banyak orang." An tersenyum tipis seraya memiringkan kepalanya.
"Saya punya hak untuk mengeluarkan orang tidak bertanggung jawab seperti kamu meskipun tanpa berdiskusi dengan yang lainnya. Kamu tau itu bukan?"
"Selain murahan Lo juga arogan Annas! Lo pikir karena Lo senior Lo bisa seenaknya?!"
Nafas An kian memberat, namun tatapannya tidak beralih sedikitpun dari adik kelasnya itu.
"Silahkan keluar dan tenangkan diri. Besok sepulang sekolah kamu sudah mengembalikan pin-nya."
An hendak berjalan kearah lain untuk melanjutkan pada orang berikutnya. Namun baru saja berbalik terdengar suara gebrakan meja yang membuat tubuh An tersentak kaget. Segera ia kembali menghadap pada Geo sang pelaku.
"Dengar Annas, cewek murahan kaya Lo ga bisa terlihat baik walaupun Lo anggota tetap."
"Diam Geo. Keluar sekarang." Perintah Mada yang sejak tadi hanya diam memperhatikan duduk di kursi depan.
Geo menatap Mada tak terima, ia berjalan kearah An berniat menarik gadis itu. Bersyukur ada Ghani dan Al yang menghadang dan membawa An menjauh.
"Keluar!" Bentak Al.
An tersenyum kecut, ia sudah cukup terbiasa dengan situasi seperti ini. Keributan dan kekerasan seolah adalah makanannya sehari-hari. Selalu ada yang tak terima dan memberontak setelah di keluarkan. Lalu beberapa anak cowok menarik paksa Geo keluar dari sana.
Tapi meskipun tidak terkejut, An merasa nafasnya semakin memberat. Kali ini ia menepuk dadanya kuat.
"Lo gapapa?" Tanya Al menatap An khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...