"Mereka mempengaruhi An lewat Anna.""She's bitch."
"Gue rasa kita lebih baik khawatir soal kak An yang mungkin bakal tau kapan aja."
Ken berujar menatap para seniornya, gadis itu selalu tampak tenang dalam situasi apapun.
"Dia ga akan tau." Ghani menanggapi.
"An jauh lebih pintar dari dugaan lo." Kata Vino dengan yakin.
"Bukannya kita punya orang yang bertugas buat pastiin An ga akan curiga sama sekali?" Keysha bertanya sambil menyunggingkan senyum, menatap Vino.
"An punya otak encer ga kaya lo. Dia bisa nyari posisi orang yang lagi sembunyi dalam keadaan gelap sekalipun. Bukan kaya lo, yang meskipun dikasih banyak petunjuk ga bisa liat di mana target."
Keysha merasa tersinggung dengan ucapan Vino barusan.
"Bukannya gue udah bilang buat berhenti lakuin ini sama An?" Al menambahi.
"Kenapa harus berhenti? Ga ada siapapun yang bisa lakuin tugas itu lebih baik dari An, kita cuma perlu tetap hati-hati dan rahasiakan dari dia." Acha tersenyum miring, tentu saja hal itu membuat Al menghela nafas lalu disambut usapan lembut pada bahunya dari Zoe.
"Gue yakin An ga akan bisa apa-apa kalaupun tau yang sebenarnya."
"Yang sebenarnya apa?"
Semua orang gelagapan saat An tiba-tiba sudah berada di depan pintu membawa note kecilnya bersama sekitar sepuluh anggota OSIS lainnya. Ia menatap Kiara, seolah mempertanyakan kalimat gadis itu barusan.
"Ah engga ada." sahut Ghani cepat.
"Gue yakin An ga akan bisa apa-apa kalaupun tau yang sebenarnya. Saya denger kalimat itu dengan sangat jelas, apa saya salah, Kiara?"
"An, gue mau ngomong sama lo. Bisa ikut gue bentar."
An menatap Vino penuh curiga, beberapa saat Vino hanya bisa dibuat menahan nafas oleh gadis itu. Lalu kemudian membuang nafas lega saat An mengangguk.
"Bukannya hari ini kita ada rapat umum? Saat ini kita sedang dalam ruangan, dan_" An menggantung ucapannya melirik jam di dinding sejenak, "saya pikir, rapat sudah dimulai sejak satu menit yang lalu."
Melewati Vino yang menatapnya cengo, An langsung mengambil posisi duduk. Tak lama di ikuti oleh anggota yang lainnya karena memang siang ini mereka akan rapat besar membahas kerja sama dengan SMA Tunas Bangsa.
"Pastikan semua handphone sudah mati."
Dengan cepat, semua orang memastikan ponsel mereka sudah mati setelah mendapat instruksi dari Vino. Hampir satu jam fokus pada pembahasan, akhirnya mereka dapat bernafas lega setelah Acha menutup rapat hari ini.
"Selebihnya kita bahas dipertemuan selanjutnya. Sekaligus pertemuan dengan para pengurus OSIS Tunas Bangsa. Yang masih ada tugas silahkan lanjutkan, jika tidak ada kepentingan kembali ke kelas. Saya tidak ingin ada yang bolos dengan menjual nama OSIS."
Seolah ucapan Al adalah perintah, langsung saja orang-orang di sana berpencar. Lebih dari setengah kembali ke kelas, sementara sisanya sibuk dengan tugas masing-masing.
Saat ini An tengah duduk berhadapan dengan Ze untuk membahas beberapa hal yang berkaitan dengan ujian keanggotaan bulan ini. Bukannya fokus pada kerjaan masing-masing, beberapa anggota yang masih berada di ruangan kini terus melirik dua orang yang duduk berhadapan itu.
"Mereka udah ga pernah ribut lagi, kan kak?"
Yura mengangguk membenarkan ucapan Jiska yang duduk disampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Fiksi Remaja"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...