1. Malaikat Maut

110 8 1
                                    


"PERHATIAN. UNTUK SETIAP ANGGOTA OSIS DI HARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI RUANG OSIS SEKARANG JUGA."

Menutup telinga nya dengan rapat, gadis itu berusaha untuk tidur di kelas yang saat ini sedang berisik. Suara dari sumber suara yang ada di kelas membuat tidurnya semakin terganggu.

Baru saja ia akan berhasil tertidur, tiba-tiba mejanya terasa bergerak seperti ada yang menunjang. Dengan berat hati ia mengangkat kepala, mendongak dengan wajah lelahnya.

"Kenapa?" Tanya nya menatap beberapa gadis yang sedang tersenyum mengejek berdiri di hadapannya

"Babu di suruh kumpul tuh." Salah satu dari mereka menyahut menunjuk kearah pintu kelas dengan dagunya.

Mendengus pelan, ia memilih kembali menelungkupkan wajah ke meja.

"Gue mau tidur. Diem Lo."

Beberapa saat setelah ia memejamkan mata dan tidak mendengar suara dari beberapa gadis yang sebelumnya datang hanya untuk mengejeknya ia menegakkan tubuh kembali. Dengan rasa malas yang luar biasa ia bangkit dari kursinya dan melangkah dengan berat hati.

"Mau kemana Lo?" Tanya gadis yang tadi.

"Kumpul."

"Gini nih kalau babu."

Mendengar gelak tawa mengejek itu, ia hanya mendengus dan langsung pergi keluar kelas menuju ruangan yang di beritahukan.

Selama perjalanan menuju ruang OSIS, orang-orang yang berselisih atau menghalangi jalannya seketika menyingkir melihat sebuah pin yang di tancapkan di dada sebelah kirinya. Beberapa orang menatapnya segan, beberapa menatap kagum, dan beberapa menatap benci. Itu bukan lagi hal asing, ia sudah terbiasa dengan pemandangan yang tidak nyaman ini.

Saat sudah dekat dengan tujuan, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang cukup keras. Awalnya ia hanya memperhatikan sekitar sebentar, saat ingin melanjutkan langkah ia justru mendengar suara ringisan seseorang. Tentu saja gadis bertopi warna hitam dengan inisial A itu berjalan cukup cepat mencari sumber suara.

"Kamu anak yang sangat tidak tahu malu! Papa memberikan apapun yang kamu mau, bahkan Papa juga sudah memberikan banyak sumbangan untuk sekolah ini! Tapi kamu selalu saja kalah dengan Gio, Ze!"

"Maaf Pa."

"Kalau hanya permintaan maaf, hewan pun tahu caranya Ze! Papa butuhnya kamu berada di peringkat pertama. Paham?"

"Iya Pa, Ze janji semester kali ini bakal jadi peringkat pertama."

"Ini bukan pertama kalinya kamu berjanji, tapi sejak ada Gio kamu tidak bisa berada di peringkat satu lagi Ze."

"Maaf Pa. Kali ini Ze bakalan tepati janji Ze."

Meski dari jarak yang cukup jauh, ia dapat mendengar ucapan dua orang yang sedang berbicara di ujung lorong. Seorang pria dewasa dengan pakaian rapih terlihat menakutkan di matanya. Intonasi bicara yang terdengar rendah dan penuh penekanan juga tuntutan yang dalam menambah aura menyeramkan.

Ia mengenal kedua sosok yang berdiri di sana. Pria itu adalah salah satu donatur terbesar sekolah ini, sementara seorang cowok dengan seragam sama sepertinya adalah Zean Angkasa. Siswa kelas 12 yang di segani banyak orang karena berasal dari keluarga kaya juga seorang yang sangat pemarah. Siapapun yang berani mencari masalah dengannya, dalam di pastikan akan keluar sekolah atau mati ketakutan.

Ia baru saja hendak menjauh setelah pria itu melangkah pergi. Namun matanya membulat terkejut saat tak sengaja bertemu tatap dengan Ze. Ia gugup seketika, dan melangkah buru-buru guna menghindari mata tajam itu. Namun sialnya langkah Ze lebih lebar dan cepat sehingga berhasil menarik tangannya dan membuat ia berbalik menatap cowok itu.

"Seberapa banyak yang Lo dengar?"

Menunduk sambil meringis pelan, ia melihat pergelangan tangannya yang masih di cengkram kuat dengan prihatin. Pasti lengannya sudah mulai memerah saat ini. Tiba-tiba saja, ia merasa topi di kepalanya menghilang dari tempatnya.

"Gue tanya seberapa banyak yang Lo denger?"

Kali ini ia mendongak menatap sosok Ze yang bertubuh lebih tinggi darinya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat cowok ini dengan jarak sedekat ini. Ia tahu kenapa orang-orang memberi Ze julukan 'malaikat maut'. Itu karena wajahnya tampan nya yang nyaris sempurna bak malaikat juga aura menyeramkan yang terpancar darinya yang membuat orang-orang merasa ketakutan bahkan hanya dengan tatapannya. Kali ini ia merasakan dan melihatnya secara langsung.

"Lo tuli? Atau bisu?"

Ia tahu harga diri cowok itu kini tengah tergores. Bagaimana tidak? Sosok malaikat maut yang di takuti oleh banyak orang di sekolah ternyata adalah seekor kucing yang penurut pada majikannya. Karena tak ingin semakin melukai ego Ze, maka ia memilih untuk diam saja.

Ia dapat merasakan Ze sudah melepas cekalan sialan itu dari pergelangan tangannya. Ia melangkah mundur saat Ze terus berjalan maju kearahnya sampai ia tersudut ke dinding. Bahkan cowok itu sedikit menunduk untuk dapat berbicara sejajar dengan telinganya.

"Hari ini, Lo ga denger atau ngeliat apapun. Hari ini Lo ga pernah bicara sama gue. Ingat! Kalau sampai mulut Lo ngeluarin satu kalimat aja tentang apa yang Lo liat hari ini, gue pastiin setelah itu hidup Lo ga tenang. Paham?"

Sungguh siapapun pasti akan merasa ketakutan dengan Ze saat ini. Suaranya amat rendah, namun di tekan setiap katanya. Ia bahkan tak lagi berani menatap mata yang menyorot tajam kearahnya.

"Paham ga?!"

Tubuhnya tersentak kaget dengan mata terpejam saat tiba-tiba saja suara sosok di hadapannya meninggi dengan bentakan yang menusuk telinga. Spontan ia mengangguk cepat membuat cowok di hadapannya tersenyum miring.

Suara dering ponsel mengalihkan pandangan keduanya. Ze dengan santai mengangkat panggilan telepon di ponselnya, sementara gadis di hadapannya kini dapat bernafas lega. Ia menatap penasaran kearah Ze saat mendengar Ze berdehem. Namun ketika cowok itu balik menatap ia justru membuang muka. Hanya dalam beberapa detik, Ze sudah pergi meninggalkan ia sendirian di sana.

"Sial, kayanya gue terlalu kaget sampai ga bisa bicara sepatah-katapun sama cowok sialan itu." Ujarnya setelah Ze menghilang dari pandangannya.

"Kenapa juga ruang OSIS harus di tempat terpencil yang jarang di datangi warga sekolah?"

Ia mendengus kesal sebab tiba-tiba teringat Ze juga mempunyai pin yang sama dengannya di dada sebelah kiri. Itu berarti ia akan sering melihat sosok menyeramkan itu. Ia tidak pernah mati kutu, ia hanya tidak bicara jika ia sedang malas membuka mulut saja.

╏⁠ ⁠”⁠ ⁠⊚⁠ ͟⁠ʖ⁠ ⁠⊚⁠ ⁠”⁠ ⁠╏

GUYS JANGAN TINGGALIN HALAMAN INI DULU KALAU MASIH BELUM VOTE, COMENT AND SHARE YA.

CERITA AKU INI MASIH PERLU BANYAK DUKUNGAN KALIAN. JADI AKU BERHARAP BANGET KALIAN SEBARIN OSIS KE ORANG-ORANG DI SEKITAR KALIAN.

TERIMAKASIH SUDAH MAU SINGGAH DI SINI GUYS.

Gimana?
Ada yang membahagiakan hari ini?
Pesan aku cuma satu. Jangan lupa senyum, oke?

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang