Suara riuh di ruangan membuat siapa saja yang di sana merasa pengang.
"Bukan seperti itu perjanjian yang kita buat!" Kata Acha dengan suara tegas.
"Benar, tidak begitu! Tapi bisa di pastikan lebih dari separuh siswa tidak setuju dengan keputusan kalian!" Sahut Savia tak kalah tegas.
"Dengar, perjanjian kita pada pihak sekolah adalah masing-masing dari kita dua perwakilan." Kini suara Zoe yang terdengar.
"Iya benar, kita sudah setuju dengan itu. Tapi siapa sangka perwakilan dari kalian justru siswi yang sekarang ini sedang jadi pembicaraan satu sekolah karena menjadi gadis murahan. Atau mungkin, bitch?"
"Tolong jaga ucapan anda!"
"Maaf? Apa yang saya katakan salah?" Tanya Savia menatap Vino.
"Jangan memperluas masalah, ini bukan hal yang besar. An cakap dan cerdas, dia pasti bisa menjawab semua pertanyaan dalam debat nanti. Sesi debat adalah yang paling penting dari perlombaan ini." Kata Mada mencoba melerai.
"Apa maksudnya tidak ada yang lebih cerdas dari dia? Kenapa tidak mengirim yang lain salah satu dari kalian saja?"
"Di tanggal yang sama ada tiga sampai empat undangan ke sekolah dan kami sudah membagi untuk itu." Jelas Acha lagi.
"Bukannya kalian punya lebih dari empat puluh anggota?" Tanya Maila.
"Ah, sekarang kami hanya tersisa tiga puluh tujuh saja."
"What?!" Seru Maila tampak terkejut "persetan dengan itu, kalian bisa saja kirim anggota kalian dari kelas sepuluh."
"Tidak. Mereka juga punya tugas di sini." Sahut Ze.
"Apa masalahnya kalau An yang menjadi perwakilan. Itu tidak masalah." Kata Yura.
"No! That can't. Bitch kaya dia pasti di kenal banyak cowok di luaran sana. Dia gadis liar. Mungkin di SMA Tunas Bangsa banyak yang kenal dia, apa lagi banyak kabar angin yang bilang kalau anak cowok dari sekolah itu kebanyakan pemain. Pasti mereka pernah bersenang-senang bersama."
An yang sejak tadi diam di balik topinya kini mendongak. Tersenyum miris menatap orang-orang yang sejak tadi berdebat karena dirinya.
Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang OSIS untuk membahas siapa yang akan mewakili sekolah untuk pergi ke salah satu sekolah yang menjadi rival mereka dalam prestasi. Hanya di hadiri oleh anggota tetap OSIS dan beberapa anggota BLANK, tidak termasuk ketua mereka.
"Apa yang kalian lihat itu jelas salah. Kalian tidak tahu kronologinya, jadi jangan membicarakan seolah kalian tahu semuanya." Kata Vino lagi.
"Ayolah. Kita semua yang ada di sini tau salah satu dari kalian yang menyebarkan rumor itu."
Hening, kini semua beralih menatap Ze yang malah terlihat tidak perduli dengan banyak keringat di wajahnya.
"Sekali lagi saya tegaskan, walaupun sekarang pihak sekolah telah menyetujui organisasi kalian, tetap kami yang putuskan. Keputusan kami itu dan pihak sekolah menyetujuinya."
"Karena pihak sekolah tidak tahu siapa Annas Tasha yang sebenarnya. Meskipun kalian yang menyebarkan hal itu, kalian juga berusaha menutupinya dari sekolah. Tentu saja sekolah setuju, tapi para siswa tahu yang sebenarnya, bagaimana kalau kita meminta persetujuan mereka."
"Apa yang anda maksudkan dengan sebenarnya? Apa kalian tahu yang sebenarnya?" Tanya Vino dengan suara yang di naikkan.
"Tentu kami tahu, satu sekolah juga tahu kalau dia gadis murahan yang bahkan tidak memakai pakaian di dalam sekolah! Itu adalah fakta yang kalian buka sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...