Takut, itulah yang An rasakan saat ini. Ia baru merasa menyesal karana menolak tawaran Alin yang tadi ingin menemaninya ke toilet.
"Ck, lewat aja kali. Bentar lagi giliran gue main." Katanya meyakinkan diri.
Berkali-kali membuang nafas panjang, ia memilin kedua sisi celana olahraganya. Jantungnya berdebar kencang saat harus melewati koridor yang tiba-tiba penuh dengan para cowok. Padahal saat An mau kemar mandi sepuluh menit yang lalu tidak seramai ini.
"Sssstt."
Para cowok yang tengah asik bercanda itu menoleh pada An saat salah seorang dari mereka memberikan isyarat. An yang merasa menjadi pusat perhatian, kini mempercepat langkahnya.
"Buru-buru amat jalannya." Celetuk salah satu dari mereka.
"Annas, body Lo boleh juga ya."
An tersentak saat salah satu dari mereka menahannya agar tidak melanjutkan langkah. Ia segera menghempaskan tangan cowok itu.
"Putih mulus, cakep lah."
Mata An berkaca-kaca, tubuhnya gemetar ketakutan. Mimpi buruk yang ia coba lupakan tiba-tiba berputar di kepalanya dengan sangat jelas. Ia berlari dari sana membuat para cowok itu tertawa keras.
"Kucing liar itu sok jual mahal."
An tak memperdulikan lagi gelegar tawa mereka. Ia tetap berlari menjauh, dan merasa harus segera kembali pada Alin. Saat sampai di lapangan sekolah, An menghapus jejak air matanya. Alin akan sangat khawatir jika tahu ia menangis.
"Kok Lo lama banget?" Tanya Alin setelah An duduk di sebelahnya.
"Kebelet."
"Makanya tiap pagi tuh boker."
"Pupupnya ga mood kalau pagi."
"Jorok bat Lo."
"Lah, elo yang mulai duluan."
"An! Giliran Lo!"
An mengangguk saat ketua kelas mereka meneriakinya. Kedua gadis itu segera berlari kecil mendekati lapangan di mana lomba lari di adakan.
"Minum dulu." Suruh Alin menawarkan.
Tak menolak, An langsung meneguknya. Setelahnya ia mengambil tempat untuk lomba. Saat melewati beberapa gadis yang merupakan teman sekelasnya, An mendengar bisikan dari mereka.
"Kalau udah bikin kelas malu karena murahan, minimal menang lomba."
An hanya diam, sama sekali tak berniat menyahut. Ia tetap melanjutkan langkah mengambil posisi.
"Siap?" Tanya Vino yang tengah memakai topi sambil memegang pluit.
"Satu."
"Dua."
Lima peserta perempuan berlari tepat setelah Pluit berbunyi.
"An! Cepat An! Lari!"
Seru Alin loncat-loncat.
"An! Lo di kejar anjing!" Katanya agar An semakin melajukan kecepatannya.
"Oiyah! An Lo ga takut anjing! Gue lupa anjing yang kabur ngeliat Lo!"
An menghentikan larinya, ia berbalik menatap Alin yang justru kini tergelak kuat.
"Sialan Lo, Lin!"
"Lari buruan bodoh!"
An kembali berlari, lalu menjadi orang pertama yang sampai di garis finish. Alin adalah orang yang paling bersemangat saat An memenangkan pertandingan. Ia bersorak dengan kencang membuat beberapa orang di sekitarnya menutup telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...