33. I'm Here

22 2 0
                                    

An diam menatap anak-anak yang bermain di taman. Ia membiarkan Vino melepaskan helm yang masih melekat di kepalanya.

"Jangan ngelamun, An."

Menoleh, An tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Kenapa Gamma panggil lo, Vin?"

Sebelah alis Vino terangkat mendengar pertanyaan itu. Ia meletakkan helm yang An kenakan keatas motor, lalu membawa An untuk duduk disalah satu ayunan kosong.

"Emang kenapa? Lo ga suka?"

Vino yang duduk disebelah An dapat melihat gadis itu mengangguk samar.

"Padahal dia bisa panggil kak Aiden."

"Lo deket banget ya sama Aiden."

"Jauh lebih dekat daripada yang kalian pikirkan."

"Berarti lo cukup kenal Aiden."

Vino dapat mendengar decakan dari An, "gue bisa paham Anna sama Yumna, tapi kalau kak Aiden, gue ga bisa."

"An, gue tau mungkin gue terdengar ga sopan. Tapi kalau bisa jauhin Aiden."

Kembali terdengar decakan dari An, kali ini disertai helaan nafas setelahnya.

"Gue bingung, kenapa kalian nyuruh gue jauhin Anna sama kak Aiden? Mereka juga nyuruh gue jauhin kalian, gue masih penasaran alasan yang sebenarnya. Ini emang karena persaingan prestasi, masalah pribadi, atau ada hal lain?"

Vino menghela nafas, tak ingin membahas tentang itu lagi. Tujuannya membawa An kemari agar gadis itu dapat menjauh dari rumah Gamma untuk beberapa saat ini. Jika membahas hal ini, An mungkin akan meminta padanya untuk mengantarkan ia pulang.

"Mau ke pasar malam?"

An mengangguk saja, lagipula di sini mereka tidak tahu harus apa. Tidak seperti sebelumnya, An tidak lagi membiarkan Vino menariknya untuk menyamakan langkah. Ia memilih berjalan lebih dulu meninggalkan Vino.

╏⁠ ⁠"⁠ ⁠⊚⁠ ͟⁠ʖ⁠ ⁠⊚⁠ ⁠"⁠ ⁠╏

Menyusul An yang masih berdiri ditempat menatap keramaian, Vino tersenyum kecil melihat gadis itu tampak mungil mengenakan jaket kebesaran miliknya.

"Mau main?"

Tanpa menoleh An mengangguk, lalu melangkah lebih dulu melihat-lihat wahana apa yang ia ingin mainkan lebih dulu. Melihat An yang melangkah cepat membuat Vino dengan sigap mengejar-ngejar, seolah takut gadis itu tersesat.

"Jangan jauh-jauh dari gue, kalau lo kenapa-kenapa bisa mati gue sama bang Gamma."

An melirik sinis, "gue bukan anak kecil."

"Ya emang bukan anak kecil. Tapi kalau kepisah gimana? Lo ga bawa ponsel, An. Mau pulang sama siapa? Ini udah malem, jangan jauh-jauh."

"Iya-iya, bawel amat. Kaya Alin."

Vino membuang pandangan saat An menyebut nama Alin. Seketika rasa bersalah kembali muncul di hatinya saat An yang menyebutkan nama itu.

"Lo mau naik itu ga?"

Kini Vino menoleh, menatap kora-kora yang ditunjuk An barusan.

"Boleh, ayo."

Vino menarik An, namun gadis itu hanya diam di tempat menahan dengan kakinya.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang