"Papa pikir kamu sudah tidak berhubungan lagi dengan gadis sialan itu, Zean."
Ze menghentikan langkah, ia memainkan lidah di dalam mulut. Berbalik, ternyata sang Papa masih bangun saat ini.
"Duduk."
Meletakkan jaket yang ia bawa di tangan kirinya, Ze duduk berhadapan dengan Papanya meskipun wajahnya tampak tak berminat untuk bicara dengan pria itu saat ini.
"Bukannya Papa sudah melarang kamu untuk bergaul dengannya?"
"Ze tetap bergaul sama Acha, bahkan sama yang lainnya juga. An ga mempengaruhi sama sekali."
"Kamu pasti sudah di tahan saat ini kalau bukan karena Papa, Zean. Beberapa teman kamu saat ini sedang di interogasi. Dan itu karena kamu tidak bekerja dengan benar bukan?"
"Terus? Apa hubungannya sama An?"
"Apa hubungannya?" Pria itu terkekeh sinis, "kamu terlalu sibuk mengurus gadis gila itu di rumah sakit sampai-sampai tidak bisa meng-handle kegiatan di sekolah."
"An ga gila."
"Sudah lima tahun kamu bekerja dengan baik, sejak kamu berhubungan dengan gadis itu lagi kamu terlalu banyak gagal."
"Itu ga ada hubungannya sama An, Pa. Lagipula, An yang selama ini melindungi organisasi itu."
"Organisasi apa?"
"Organisasi yang seharusnya cuma melakukan kegiatan yang berkaitan sama sekolah. Tapi kalian semua, kalian para orang tua egois ngubah itu jadi organisasi kotor."
"Dan kamu tidak bisa membersihkannya karena gadis itu?"
"Stop bawa-bawa An!"
"Pelankan suaramu ketika berbicara dengan orang tua, Zean Angkasa." Pria itu menatap tajam anaknya yang kini tengah berdiri.
"Berhenti menyalahkan orang lain yang tidak berhubungan dengan saya, Tuan Rean Angkasa."
Setelah mengatakan itu Ze langsung melangkah pergi. Meninggalkan Papanya yang masih menatapnya tajam.
"Kenapa anak itu terlalu mirip denganku?"
╏ " ⊚ ͟ʖ ⊚ " ╏
"Lo kenapa sih?" An mengkerut bingung menatap raut wajah Anna yang sejak datang tadi tampak gelisah.
"Gue denger Satifa udah balik."
"Iya, terus?"
"Lo pasti bakal jauhin gue sama kak Aiden lagi."
"Kenapa lo bisa mikir kesitu dah?" Tanya Aiden yang juga sejak tadi bingung sebab Anna sudah berulangkali mengatakan hal itu padanya.
"Ya An jauhin kita sejak dia temenan sama Alin sama Satifa, kak." Adu Anna menatap Aiden yang berdiri di sampingnya.
An yang mendengar itu tergelak, "lo cemburu?" Tanyanya.
"Dih, pede bener lo."
"Lo salah paham, gue cuma ga mau kalian kenapa-kenapa."
"Kenapa-kenapa gimana? Orang kita ga kenapa-kenapa kok, ya kan, kak?"
Aiden mengangguk membenarkan ucapan Anna.
"Bukan itu, maksud gue_."
"Maksud lo?" Anna tampak tak sabar melihat An menggantung kalimatnya.
"Kepala kak Aiden pernah bocor buat nolongin gue waktu di bully, Yumna kecelakaan waktu ngajarin gue naik sepeda, lo bahkan masuk rumah sakit setengah bulan karena nyariin gue hujan-hujanan waktu gue di kurung di gudang pas masih SD."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...