4. OSIS

56 4 0
                                    

"ANNAS TASHA."

Tubuh An terlonjak kaget saat tiba-tiba seseorang memanggil namanya dengan suara yang sangat amat keras. Tepat setelah ia menoleh kebelakang, sepasang tangan meraih lehernya dan mencekiknya cukup kuat.

"Lo udah gue peringatin, tapi kayanya Lo emang mau hidup Lo ga tenang."

Mata An terpejam kuat menahan rasa yang ia dapatkan di lehernya. Padahal belum sampai satu menit ia di perlakukan seperti itu, tapi percayalah jika saja Mada tidak menarik Ze untuk melepaskan tangannya dari leher An, gadis itu pasti sudah tak sadarkan diri saat ini.

Melihat An yang menepuk dada karena kesulitan bernapas, Yura dengan sigap mendekatinya dengan sebotol air untuk diberikan pada An. Tanpa membuang waktu, An segera meminum air itu setelah menghirup udara dengan rakus.

"Lo ga apa-apa?"

Mengabaikan pertanyaan Yura, An menatap tajam kearah Ze yang juga tengah memberikan tatapan tajamnya pada An.

"Cowok gila."

Semua orang yang mendengar umpatan yang tertuju pada Ze dari mulut An sontak terkejut. Begitupun dengan Yura yang kini tengah shock berat dengan mata membulat.

"Lo ga niat minta maaf setelah buat gue hampir mati?" Tanya An masih menatap tajam Ze, sambil berdiri dari duduknya.

"Lo cukup berani, tapi jangan lupa siapa gue."

Ze menarik kasar tangan An, membawa gadis itu keluar ruangan. Mencari tempat yang lebih sepi. Ia sangat yakin bahwa An berani karena gadis itu merasa akan ada orang yang membantunya di tempat ramai seperti yang Mada lakukan tadi.

"Mau Lo apa sih?" Tanya An dengan suara tertahan.

"Pertanyaan itu lebih cocok buat Lo."

Kening An berkerut bingung, ada apa lagi dengan cowok di hadapannya ini? An sangat yakin ia tidak melakukan kesalahan apapun.

Bugh

Ze mematung sebentar melihat reaksi An saat ia melemparkan tempat sampah ke sembarang arah. Mata gadis itu berkaca-kaca, tampak sangat nyata bahwa gadis itu tengah ketakutan. Namun setelahnya Ze kembali di buat naik pitam sebab di sela-sela rasa takutnya, gadis itu masih bisa menatap tajam kearahnya.

Tanpa berpikir panjang cowok itu menarik kasar rambut An membuat gadis itu meringis kesakitan dengan kepala mendongak.

"Gue yakin udah jelas banget kasih tau Lo konsekuensi kalau cari masalah sama gue."

An menarik tangan Ze, berusaha melepaskan tangan kekar itu dari rambutnya.

"Lepas!"

"Gue bisa lepasin semua rambut Lo dari tempatnya!"

"Sebelum itu, lepasin dulu tangan sialan Lo ini!"

Bugh

Ze meringis kuat saat An tiba-tiba menendang bagian sensitifnya. Hanya itu yang bisa An lakukan untuk lepas dari Ze.

"Cewek gila." Gumamnya masih setia dengan tatapan tajam yang selalu ia tujukan pada An.

An tersenyum kecil, merasa puas dengan apa yang baru saja ia lakukan. Padahal ia sudah berencana untuk tidak menonton drama Korea lagi, namun karena ia berhasil melakukan sesuatu yang ia pelajari dari salah satu drama yang ia tonton, sepertinya An akan membatalkan rencananya satu itu.

Melihat tatapan Ze, An meringis pelan. Ia memang berani melawan, tapi bukan berarti dia tidak merasa takut. Ia ketakutan, dengan sangat. Memberanikan diri, An melangkah maju membalas tatapan tajam itu.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang