39. Dangerous

12 1 0
                                    

"Lo nyiksa gue!"

"An,"

"lo nyiksa gue. Lo bunuh temen gue Lo yang bikin Tifa hilang kabar. Lo juga mau nyakitin kak Aiden sama Anna. Ga cukup lo pukul gue? Hah?! Masih kurang Lo seret gue?! Lo udah fitnah gue, Ze. Semua orang bilang gue cewek murahan. Apa masih ga cukup?! Lo masih belum puas?! Kenapa Lo deketin Gamma?! Lo mau libatin Gamma juga?! Iya?! Salah gue sama Lo apa sih?"

"An? Bang?" Al yang baru datang dengan Vino menatap bingung dua orang yang saling menatap itu.

"An, kenapa?"

Menepis tangan Vino, An mengangkat jari telunjuknya tepat di hadapan Ze.

"Udah gue bilang bukan gue yang sebarin rumor tentang lo! Udah gue bilang gue bakal lupain apa yang udah gue liat. Tapi lo dengan brengseknya nyakitin semua orang yang deket sama gue! Baj*ngan lo! Brengs*k!"

Ze menarik An kuat, mencengkram kedua bahu gadis itu hingga membuat sang empu meringis karena cengkeramannya. Vino yang melihat itupun langsung saja berusaha melepaskan cengkraman Ze, namun tidak mudah karena Ze mencengkramnya dengan sangat kuat.

"Bang! Lo apa-apaan sih! Lepas! An kesakitan!" Ucapan itu hanya di anggap angin yang memang harus berlalu di telinga Ze.

"Lo lupa gue siapa?" Tatapan Ze mengintimidasi membuat An sedikit takut karenanya.

"Lupa?" An tertawa mengejek, "gue bahkan ingat kapan pertama kali gue ketemu sama lo brengsek!"

Jelas sekali Ze terkejut mendengarnya, tanpa sadar cengkraman tangannya mengendur membuat Vino berhasil menarik An menjauhi Ze.

"Lo gapapa? Sakit?"

An tak menolehkan pandangan sedikitpun dari Ze, bahkan saat tubuhnya di tarik Vino untuk menghadap kearahnya.

"Lo_ ingat?"

"Iya! Gue masih jelas ingat gimana lo ngehina gue cuma karena ga sengaja numpahin jus ke lo! Gue ingat lo suruh bos gue mecat gue! Gue ingat semuanya bangsa*! Gue bahkan ingat lo yang dorong gue di danau, waktu itu."

"An, udah, ayo. Kita harus ke ruangan."

"Lepas Anji**!" An menepis tangan Al kasar.

Nafas An menggebu-gebu menatap tiga cowok yang kini berada di sekitarnya. An menunjuk Ze dengan tatapan kearah Vino dan Al.

"Dia brengsek, sama kaya lo berdua."

"An gue_."

"Iya gue brengsek, gue brengsek karena udah manfaatin lo."

"Lo emang brengsek!" Sebulir Ari mengalir dipipi tirus An, "lo nyakitin gue! Lo pembohong! Lo brengs*k Vin! Brengs*k!"

Vino menarik An kedalam pelukannya, mengusap-usap punggung gadis itu.

"Lo jahat, Vin. Gue benci lo."

"Maaf."

Vino menyiratkan pada Al untuk pergi lebih dulu dan langsung di turuti. Beberapa saat Vino menatap Ze yang juga tengah menatapnya, lalu tersenyum miring. Vino menggendong An, lalu pergi kearah berlawanan menuju ke ruangan mereka.

Sementara Ze, cowok itu hanya bisa diam mematung melihat semuanya. Tangannya terkepal kuat menatap kepergian Vino dan An, dadanya bergemuruh entah karena apa. Dalam kurun waktu tiga menit Ze tetap pada posisinya.

"Lo ga ingat."

╏⁠ ⁠”⁠ ⁠⊚⁠ ͟⁠ʖ⁠ ⁠⊚⁠ ⁠”⁠ ⁠╏

Berdiri sendirian di tepi jalan dalam waktu yang cukup lama membuat An bosan. Ia berjongkok, fokus menyusun batu hingga kini batu-batu kecil itu sudah setinggi dua puluh centimeter. Saat hendak menambahkan batu lagi, manara yang ia susun terjatuh entah sudah yang keberapa kalinya.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang