31. Video

25 2 0
                                    

"Pelan. Kiri, Zoe. Zoe, kiri. Ke kiri! Kiri Zoe anji*g!"

Zoe mendelik tajam menatap Rayhan yang membentaknya seenak jidat.

"Biasa aja dong! Lo kira gampang apa ini?"

"Ya makanya jangan budeg. Lo dari tadi dibilangin susah banget njir."

"Heh! Ini tuh kerjaan cowok! Harusnya lo bersyukur gue mau bantu lo pasang ini spanduk!"

"Yang bener kerjanya. Bukan cuma ini yang mau dikerjain. Masih banyak lagi yang harus dipersiapkan, gue udah cape dari pagi." Naya mengacak-acak tali yang iya pegang dengan kesal.

"Lo bisa sabar dikit ga sih? Lo kira lo doang yang cape? Semua orang di sini juga cape. Lo cuma gue suruh pegang doang, dari tadi yang beresin ini tali gue sendiri." Ghani menggerutu sebab Naya membuat tali itu kembali terlilit, padahal Ghani sudah setengah jam berusaha memisahkan lilitan tali tersebut.

"Ya lo lelet kerjanya! Lo pikir megangin doang ga cape apa?!" Teriakan Naya membuat beberapa orang yang tengah sibuk itu menoleh pada mereka.

"Kak, lo gunanya jadi OSIS apa sih? Selama gue dilantik, gue ga pernah tuh liat lo kerja yang bener. Lo cuma sibuk ngurusin hidup orang lain, cari gosip sana-sani, ngebully orang. Lo pikir keren begitu?"

"Apaan sih Ken! Lo tuh masih baru ya di sini. Tau apa lo tentang gue? Kalau kerja gue ga pernah bener, gue ga mungkin jadi anggota tetap, kan?"

"Jangan pura-pura buta. Kita semua tau alasan satu sama lain kenapa bisa jadi anggota tetap. Tapi setidaknya lo harus kerja dengan benar untuk menutupi fakta bahwa lo bisa lulus karena lo itu_."

"Kennya!"

Ken menoleh menatap Azka dengan satu alis terangkat. Ia tersenyum mengejek menatap Azka sambil berkata,

"kenapa? Kalian semua ga berani terima kenyataan? Atau takut ketahuan?"

"Lebih baik tutup mulut lo. An lagi di jalan menuju kesini."

Ken tertawa kuat mendengar penuturan Nora, ia mengusap matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa.

"Lo takut sama Annas Tasha, kak? Seorang Nora Tsamara? Takut sama orang yang dia jebak di gudang, dan bahkan lo ngebunuh temennya."

"Kennya! Lo sadar sama apa yang lo bilang barusan?! Jaga mulut lo sebelum gue aduin ke Kak Mada." Naya berujar geram.

Ken merubah wajahnya yang semula tampak mengejek menjadi datar, "kalau lo pikir Kak Mada bakal bantu lo silahkan. Tapi gue penasaran, gimana reaksi tiga senior itu tau misi lo pada gagal, bahkan sampai membuat kesalahan fatal."

"Ken, kak An datang." Zoe memperingati dengan suara ditekan.

Ken memutar bola mata malas, ia menghela nafas. Tepat saat Ken menoleh kearah pintu masuk aula, tampak An masuk dengan Febi. Keduanya tampak sibuk berbica dengan mata tertuju pada note kecil yang mereka bawa masing-masing. Ternyata dibelakang menyusul Ze dan Vino yang tampak serius membicarakan sesuatu.

An mengangkat pandangannya dari note tersebut. Memperhatikan sekitar aula yang ternyata masih belum beres juga.

"Sepuluh orang di sini kerjaan ga kelar-kelar? Ngapain aja sih kalian?"

Sepuluh orang yang dimaksud langsung sibuk mengerjakan tugas mereka saat mendapati Vino yang siap mengeluarkan beribu kata ajaibnya.

"Kalian pikir acara ini buat main-main? Kalian pikir kita buat acara semata-mata cuma buat saingan sama anak-anak B? Ini program penting banget buat ngadain kerja sama. Anak-anak B udah ngincar kerja sama, sama anak Tunas Bangsa. Kita harus segera ambil alih. Kalian tau ini penting kan? Kalau kalian lelet begini, gue bisa ajuin nama kalian buat di keluarin ke An."

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang