23. News

19 3 0
                                    

"Apaan deh tuh rame gitu An?"

"Mana gue tau, gue sama Lo dari tadi." Kata An dengan nada kesal.

"Yaudah sih, biasa aja ngomongnya!"

An hampir saja terjatuh saat Alin mendorongnya dengan bahu. Untung saja ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya. Sangat tidak lucu kalau harus terjatuh di lapanganl saat jam istirahat seperti ini.

"Ini dia peran utamanya."

Alin langsung menarik An agar mendekat kearahnya saat semua orang menatap mereka tidak suka.

"Jalan aja An, ga usah di dengerin merek_ Ahh!" Ucapan Alin terhenti saat seseorang menarik kuat rambutnya.

An berteriak marah, mencoba melepaskan dengan kasar tangan yang menarik rambut Alin.

"Apa?! Ga suka Lo?! Bener ya ternyata. Kalau temenan sama penjual bangkai kita juga kena baunya!"

"Gila Lo ya, Nay?" Tanya An pelan "ngapain Lo narik rambut temen gue?"

"Gue? Gila? Siapa yang lebih gila dari dia yang ternyata selama ini terus peringkat dengan hasil curang?! Hah?!"

An menatap Alin yang masih memegang kepalanya yang terasa perih. Alin menggeleng pelan, menyangkal apa yang baru saja mereka dengar.

"Atas dasar apa Lo ngomong kaya gitu? Jangan ngomongin sesuatu yang ga ada buktinya."

"Oh! Gue emang ga punya bukti, tapi kita punya saksi."

"Saksi?" Beo Alin pelan.

Naya menarik sosok gadis berkuncir dua dengan kacamata bulat.

"Kasih tau apa yang udah cewek ga tau diri ini lakuin."

An menatap sosok yang An sering lihat dan kerap dijauhi orang-orang itu, menunggu ucapannya yang tak kunjung keluar bahkan setelah semenit menunggu.

"Lo bisa ngomong kan?! Ngomong kaya yang Lo omongin sama kita tadi!" Suruh Naya mendorongnya agak kasar.

"I-iya. Asyalina selalu itu, em, Asyalina suka_."

"Ngomong yang bener." An berusaha sabar.

"Dia selalu nyuruh aku ambil kunci jawaban dari ruang guru setiap mau ulangan. Dia ngancem buat pecat ibu aku kalau ga mau, karena ibu aku kerja di rumahnya jadi pembantu. Karena aku gagal ngambil kunci jawaban dua mata pelajaran peringkatnya turun, sekarang ibu di pecat."

"Gila." Gumam Alin.

"See?" Naya menatap An dan Alin  dengan tatapan puas dan mengejek "Lo licik banget ya ternyata."

"Lo ga mikirin gimana perasaan orang yang udah belajar mati-matian?!" Cerca seorang cowok.

"Engga. Gue ga curang. Gue belajar mati-matian."

"Ga nyangka gue cewek yang keliatan polos ternyata selicik itu."

"Cih, padahal gue kasihan sama nih cewek karena temenan sama Annas yang banyak drama. Ehh, ternyata sama aja."

"Gila sih! Gue juga hampir putus sama cowok gue karena cowok gue tertarik sama dia. Awalnya gue ga percaya waktu cowok gue bilang dia yang godain, tapi kayanya emang bener deh apa yang cowok gue bilang."

"Ahh! Untung aja gue belum sempat nembak tuh cewek."

"Muka cantik, hati licik."

"Mending keluar aja ga sih dari sekolah?"

"Ga sekalian kaya si Yumna itu aja? Bundir."

"Stop it! Jangan ngatain temen-temen gue! Tau apa kalian?! Hah?!"

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang