Bagaimana pendapat kalian tentang seorang yang terlihat biasa saja setelah kehilangan seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi temannya? Pastinya kalian seseorang itu tidak benar-benar menganggapnya sebagai teman bukan? Begitupun dengan Anna yang kini tengah memperhatikan An yang sesekali tersenyum mendengar guyonan kedua temannya di ujung kantin.
"Lo liat temen lo itu. Yang kaya gitu yang namanya temen?"
"Baru dua hari Yumna meninggal, sekarang dia udah bisa bercanda sama temen-temennya." kata Maila tepat ditelinga Anna.
"Ngeliat dia kaya gitu, gue yakin kalau sebenarnya dia ga ngerasa kehilangan." Savia menambahi.
"Bisa aja dia justru ngerasa bersyukur."
"Kenapa bersyukur?." Anna mengerutkan dahi menatap Maila.
"Dia pasti ngerasa terganggu karena akhir-akhir ini Yumna terus gangguin dia, Na. Dia mungkin udah tau misi dari kak Gio untuk Yumna. Gue ga yakin dia sebodoh kaya yang lo bilang."
"Ga mungkin. Gue kenal An lebih sepuluh tahun, dia bukan orang yang kaya gitu. An bahkan ga bisa buang temennya sendiri gitu aja. Bukannya Rafa udah cek sendiri? Kalian harusnya percaya sama ucapan Rafa, kan?"
"Gimana kalau ternyata dia ga pernah anggap kalian temen?" Maila bertanya dengan satu alis terangkat.
"Lo sendiri yang bilang, pagi itu Yumna mau ketemu sama An di atap. Lo bisa mikir ga sih? Mereka cuma berdua di atap, apapun bisa terjadi diantara keduanya. Lo lihat sendiri raut bahagia tuh cewek." Savia menunjuk An yang kini tampak sedang tertawa "gue yakin lo faham maksud gue."
Suara decitan kursi saat Anna berdiri membuat gigi Savia terasa ngilu. Kedua gadis itu saling menatap saat Anna berjalan kearah tiga orang gadis yang sedang makan sambil berbincang ringan. Tersenyum tipis, keduanya ikut berjalan mengikuti langkah Anna.
Byurr
Terkejut, An sontak berdiri saat segelas jus jeruk membasahi wajah hingga bajunya.
"Minum gue!" seru Tifa yang membelakangi Anna, saat menoleh ia terdiam lalu beralih menatap An.
"Apa-apaan sih Na? Seragam gue jadi basah ini."
"Lo udah bisa bercanda? Lupa lo sama apa yang udah dialami Yumna?!Apa yang lo omongin sama Yumna pagi itu?" tanya Anna mengabaikan protes An.
"Ck, gue balik ke kelas duluan. Kalian berdua lanjut makan aja." An menatap Tifa dan Alin bergantian.
"Gue nanya lo, An!"
"Awhh!" An memekik pelan saat tiba-tiba saja Anna menarik rambutnya.
Seisi kantin mulai heboh saat terjadi keributan diantara dua gadis yang cukup dikenal di sekolah. Tapi dua hari lalu mereka baru saja mengetahui fakta bahwa keduanya berteman sejak kecil. Bahkan fakta pertemanan empat orang itu membuat kaget seantero sekolah karena An yang nyaris tak pernah bergabung dengan ketiga temannya.
"Lo bilang sekarang sama gue! Apa yang kalian omongin di atap sampai Yumna nekat ngelakuin itu hah?!"
"Gue ga ada ngomong apa-apa sama Yumna. Kita ga ketemu di atap Na."
"Jelas-jelas Yumna bilang ke gue sama kak Aiden dia mau ketemu sama lo An! Stop bohongi gue!"
An memejamkan mata merasa sakit dikulit kepalanya marena Anna tak kunjung melepaskan tangannya dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...