"Satifa udah pastiin, ada fail yang namanya asyaalan. Menurut Satifa cuma Lo sama Rafa yang bisa buka, An."
An menatap Mada tak percaya, jejak air mata masih ada di pipinya.
"Kalian udah manfaatin gue buat nutupin kecurangan organisasi, kasih minuman gue obat supaya gue pingsan, nyuri soal dari gue, bahkan jadiin gue kambing hitam buat ngalihin media. Gimana gue bisa percaya sama kalian?"
"Anna An, dia dalang dibalik penangkapan Lo."
An tertawa, tak habis pikir dengan pernyataan Yura barusan.
"Yura, gue bego karena percaya Lo padahal gue baru kenal Lo setahun. Tapi gue kenal Anna bahkan sebelum gue lahir."
"Lo pikir kenapa gue sembunyi di sini, An? Itu supaya gue bisa ngawasin Anna sama Aiden."
"Dan Lo ga dapat apapun?" An menghela nafas pelan, "jangan libatin temen-temen gue lagi. Gue bakal tetep jadi kambing hitam kalian."
"An ya ampun, ga ada yang mau Lo jadi kambing hitam." Itu suara Al.
"Denger An, kita kesini buat kasih tau Lo semuanya."
"Kita manfaatin Lo. Itu memang fakta. Biarin kita semua manfaatin Lo sekali lagi, An." Keysha menghela nafas berat, "cuma Lo yang bisa, An."
An menatap tujuh belas orang itu bergantian, tatapannya tampak bingung, "kenapa gue? Kenapa harus gue?!"
"Karena Lo harus cari tau alasan kematian dua temen Lo, Kak." Ken yang menyahut.
"Lo ga pernah percaya Kak Yumna ataupun Kak Asyalina bunuh diri."
"Gue tau kalian dibalik semuanya."
"Sepotong video yang di kirimin orang ga di kenal bikin Lo percaya, kak? Lo tau siapa yang kirim pesan-pesan itu?"
An diam, ia tak tahu. Meskipun sudah mencari, tetap saja ia tak menemukan apapun.
"Kita semua butuh bukti buat ngebuktiin kalau kita ga terlibat, dan Lo butuh alasan untuk kematian dua teman Lo."
"Lo mungkin ga percaya kita, tapi Satifa tau semuanya." Acha kembali bersuara.
"Siapa yang tahu kalian mungkin manfaatin Tifa sama kaya manfaatin gue."
"Satifa bukan orang yang gampang di kendalikan." Sahur Mada, "Lo lebih tau itu daripada kita."
"Anna yang kirimin gue foto itu, An."
An mengerutkan dahi menatap Ze. Foto? Apa yang Ze maksud adalah foto dirinya yang Ze sebar luaskan hingga ia di cap sebagai gadis murahan? Sepertinya memang benar itu yang Ze maksud.
"Kali ini, tolong percaya sama gue, hmm?"
"Gue bahkan percaya Lo bakal jemput gue sore itu." An tersenyum manis melihat Ze menelan ludah, "Lo ga dateng sampe empat bajingan itu narik paksa gue ke tempat sepi. Sampe mereka pukulin gue, sampe perut gue di tusuk, bahkan sampe seragam gue mereka lepas dan hampir mereka perkos_,"
"An!"
Nafas An rasanya seperti tercekat di tenggorokan saat Ze tiba-tiba meninggikan suara. Namun hanya dalam hitungan detik, Ze sudah berjongkok dihadapannya.
"Maaf."
An membuang muka, dan saat ini wajah Reza yang menjadi objek pandangnya.
╏ " ⊚ ͟ʖ ⊚ " ╏
Sampai di depan rumah, An dapat melihat sosok pria berusia tiga puluhan awal berdiri di depan rumah dengan raut kesalnya. Bersama dengan beberapa anggota yang tersisa, mereka memasuki pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...