Helaan nafas terdengar berat di ruangan yang saat ini cukup menegangkan. Diantara lima puluh kursi yang tersusun rapih, sudah kosong tujuh kursi. Kini mereka hanya difokuskan pada seorang gadis yang tengah berbicara. Dari caranya berdiri tampak ia sedang gugup saat ini. Terbukti saat dalam dua menit waktu yang ia miliki, ia sudah beberapa kali mengelap keringat yang muncul di pelipisnya."Keluar. Bahkan untuk berbicara saja anda masih belum bisa."
Dengan wajah tak percaya gadis itu keluar dari ruangan itu. Ia menghentakkan kakinya merasa kesal. Sebab untuk bisa berbicara di ruangan ini, ia telah berlatih selama satu pekan penuh. Namun sepertinya tidak satupun dari orang-orang yang berada di dalam ruangan itu perduli tentang usahanya.
"Baik, selanjutnya kita masuk ke tahap akhir. Ini adalah babak penentuan dimana kalian perlu menyangga pernyataan, memberi masukan, mempertanyakan hal yang mungkin tidak masuk akal, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar. Babak ini yang akan menentukan apakah kalian pantas ditetapkan sebagai anggota OSIS, ataukah tidak?"
Hening beberapa saat saat seorang cowok yang berdiri didepan menjeda kalimatnya untuk menarik nafas.
"Berdiri." Ujarnya menunjuk pada cowok yang duduk di kursi paling depan sebelah kanan.
"Jawab pertanyaan saya, dan kalian yang mendengar, silahkan berikan tanggapan."
Cowok yang sebelumnya ditunjuk itu langsung berdiri dan menghembuskan nafas untuk bersiap menjawab.
"Pertanyaannya, kenapa kami harus meluluskan anda? Lalu, apakah anda yakin kemampuan yang anda miliki mampu membuat kami selaku panitia meluluskan anda? Juga, apakah menurut anda salah satu dari mereka ada yang bukan saingan anda? Jika ada ataupun tidak, silahkan jelaskan alasannya!"
"Okay, I will answer any question from panitya first to first. The first, it's so fair if you accept me to join in OSIS. Because, I have some ability, yang mana kemampuan saya itu bisa membantu berjalannya program OSIS. Saya akan menjelaskan apa saja kemampuan saya sekaligus menjawab pertanyaan kedua."
Terdengar helaan nafas kecil, sebelum ia kembali melanjutkan kalimatnya sambil tersenyum ramah.
"My public speaking so good. I can sport, and my academic? Jangan diragukan lagi. Dengan kemampuan berbicara yang saya miliki, seperti yang kita semua tau. OSIS dari sekolah kita banyak di undang untuk menjadi pemateri dalam acara seminar setiap tahun, bahkan setiap bulannya. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya sangat yakin bahwa saya dapat menjadi perwakilan yang tepat untuk itu. Dan pertanyaan terakhir, saya melihat masing-masing dari peserta yang saat ini duduk bersama saya adya orang-orang yang sangat produktif. Saya dapat melihat bagaimana pengetahuan mereka setelah tiga hari menjalankan ujian tes ini, jadi saya tidak menganggap remeh mereka. Kami semua memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan saya yakin para panitia juga menyetujui ucapan saya."
Berbicara dengan nada tegas dan tidak tampak gugup sedikitpun membuat orang-orang yang melihatnya berdecak kagum. Sepanjang berbicara cowok itu juga terus memperhatikan satu-persatu orang dengan tatapan hangat yang membuat mereka yang mendengar menjadi tertarik.
Tentu saja melihat orang-orang itu mengangguk dengan tatapan kagum membuat yang ditatap tersenyum bangga.
"Maaf?" seorang gadis mengangkat tangannya yang langsung dipersilahkan untuk berdiri.
"Saya setuju bahwa anda memiliki banyak kemampuan. Tapi bagaimana bisa anda mengatakan anda seorang yang pintar dalam hal akademik? Bahkan hanya dengan mendengar dan melihat bagaimana cara anda berbicara, sudah terlihat anda adalah orang yang sombong."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...