22. Balas Dendam

22 3 0
                                    

"Jadi gimana? Kalian beneran mau gabung?"

Geo dan beberapa orang lainnya mengangguk mantap mendengar pertanyaan Galang.

"Untuk membalas dendam, itu tujuan organisasi ini, kan?"

Galang mengangguk membenarkan ucapan Geo.

"Sebelumnya kami anggota OSIS, apa kalian semudah itu buat masukin kita ke BLANK?" Tanya seorang gadis berkulit sawo matang dengan kaca mata bulat.

"Why not? Kami semua juga adalah mantan anggota mereka yang di buang tanpa alasan yang masuk akal, juga beberapa orang yang gagal saat seleksi masuk OSIS. Sejujurnya kami membenci orang-orang yang ada di organisasi resmi itu."

"Gue punya ide." Kata Geo tersenyum miring.

"Ingat. Meskipun bukan organisasi resmi, tapi di sini juga punya aturan. Ide sebagus apapun yang Lo punya ga bakalan di pake sekarang ini, karena Lo cuma anak baru."

"Tapi gue yakin, dengan ide gue ini kita bisa buktiin ke semua orang tentang kecurangan mereka."

"Gue udah bilang, kan? Sebagus apapun rencana Lo itu, ga akan di lakuin tanpa persiapan yang cukup matang."

╏⁠ ⁠”⁠ ⁠⊚⁠ ͟⁠ʖ⁠ ⁠⊚⁠ ⁠”⁠ ⁠╏

An celingukan kesana-kemari sebab tak menemukan orang-orang yang sejak tadi ia tunggu. Mereka harus segera berangkat ke SMA Tunas Bangsa sebelum pukul sembilan, dan ini sudah hampir pukul delapan.

Mereka masih harus diskusi untuk menentukan bagian masing-masing. Tapi An tidak menemukan Benu, Rafa, dan juga Vino yang akan pergi bersamanya.

"Hai."

An menatap dua orang yang datang itu kesal, apalagi melihat salah satu dari mereka tersenyum tanpa dosa kearahnya.

"Lama ya nungguin kita?" Tanya Rafa.

An menggeleng "cuma setengah jam."

"Mayan juga dong, pegel ga kaki Lo?"

An kembali menggeleng "cuma gatel doang! pengen nendang muka Lo!"

Benu terkekeh pelan mendengar ucapan gadis itu. Mereka memang tidak pernah berinteraksi sebelumnya, bahkan saat Benu masih menjadi salah satu dari anggota OSIS ia hanya melihat gadis itu duduk menyendiri sambil membaca novel.

"Mana temen Lo itu?" Tanya Rafa lagi.

"Mana gue tau! Emang gue emaknya!"

"Lo kalau ngomong sama gue bisa ga usah nyolot ga sih?"

"Ga bisa!"

Rafa mengusap dada sabar "ga Lo, ga Alin, sama aja dua-duanya. Suka banget nyolot kalau ngomong, pantes temenan."

An tak menanggapi ucapan Rafa, matanya justru terfokus pada sosok yang berjalan kearah mereka.

"Sorry An gue telat. Tadi ada masalah dikit."

"Cih, gimana mau jadi ketua OSIS kalau ga bisa disiplin waktu."

Tak ada sahutan dari Vino, itu membuat An sedikit bingung. Karena tak biasanya cowok itu akan diam saja saat disinisin seperti yang baru saja Benu lakukan tadi.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang