"Udah gue bilang bukan kaya gitu! Lo gimana sih? Diakan cowok lo kenapa bisa Lo ga tau selera dia gimana?!"
"Ya mana gue tau! Gue pacaran sama dia juga belum sampai setahun! Lagian ini tuh tugas Lo kak! Kenapa jadi gue yang harus cari tau semuanya?!"
"Ya karena dia cowok lo!"
"Lo gila ya Key?! Tugas lo ya tugas Lo! Kenapa jadi libatin semua orang?! Kemarin lo minta gue sama Febi buat cari tau gimana mau si Gamma itu. Sekarang Lo marah-marah Karana ga sesuai! Gila lo?!"
"Jadi lo ga bantu gue karena bantuin Keysha? Lo tolol apa gimana sih Nora? Lo punya tugas. Lo juga Key, buta mata lo?! Ga bisa baca hasil undian kemarin? Di papan masih ditulis itu! Kiara, Nora, registrasi siswa! Buta mata Lo?! Buta?!"
"Ya Vino bilang kali ini kita bisa saling bantu buat selesaiin tugas!"
"Lo tolol apa gimana sih? Kalau mau minta bantuan ya sama orang yang tugasnya udah beres lah! Ngapain lo minta bantuan sama si Nora?!"
"Udah, lanjutin tugas kalian."
"Kakak diem ya! Karana kakak kasih tugas itu sama si bodoh ini, jadi ga ada kerjaan satupun yang beres!"
Mada memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit, ia menatap Ze, Vino, dan Al secara bergantian. Tampaknya mereka juga dibuat pusing mendengar teriakkan para gadis yang sejak tadi bertengkar. Niatnya ingin menghentikan perdebatan itu justru malah ia yang kena damprat oleh Kiara.
"Awww! Sakit Anji**!"
Keysha tersungkur saat Kiara mendorongnya pelan. Oh, tidak! Jangan lupakan matanya yang berkaca-kaca seolah ia baru saja di dorong dari atas tebing. Keysha berdiri, lalu tanpa aba-aba menjambak rambut Kiara. Seketika ruangan menjadi ricuh, beberapa gadis yang tadinya ingin memisahkan kini justru saling menjambak karena rambut mereka justru ditarik, entah itu oleh Kiara ataupun Keysha.
Sepertinya para cowok yang ada di sana tidak berniat memisahkan para gadis itu. Terdengar helaan nafas berat dari mereka secara bergantian, namun tetap hanya menyaksikan. Andai saja Acha ada di sini, pasti ini sudah berakhir sejak mereka masih beradu argument.
"AAAAAA!"
"Oh shit!"
"What the_."
"Shut up!"
An berdiri dengan bahu naik turun, nafasnya menggebu-gebu dengan mata berkilau menatap para gadis yang masih memegang rambut satu sama lain.
"Yura, kerjain tugas lo. Kiara sama Nora, ke ruang Pak Anwar. Lo Keysha, tanya langsung sama Gamma."
"Gue ga ma_."
"Zoe, Dian, sama Nana, balik ke toilet, jangan sampai Rafa sama temen-temennya kabur dari hukuman. Maya sama Dodo, cari Pak Dani dan laporkan Jaka."
Menghela nafas sambil berkacak pinggang, An memejamkan mata mencoba menetralkan amarahnya.
"Kenapa masih di sini?!"
Teriakan An begitu membuka mata membuat semua orang langsung ngacir dan segera mengerjakan apa yang An perintahkan. Melihat itu, An beralih menatap para cowok yang tengah menatapnya.
"Kalau mau mata lo semua keluar, terus liatin gue."
Serentak mereka mengalihkan pandangan dari An. Bahkan kini Rayhan mengelus dada dengan wajah gugup. Huhh! Mereka pikir An sudah kembali normal setelah Asyalina meninggal dengan kembali melayangkan tatapan tajamnya, namun sepertinya lebih dari itu.
"Ken, kalau butuh bantuan tanya gue atau dia." An melirik Ze sebentar, lalu kembali duduk.
Ken mengangguk namun matanya masih fokus menatap laptop yang ada dihadapannya. Sepertinya gadis itu sejak tadi sama sekali tidak terganggu bahkan saat terjadi keributan di ruangan tadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Teen Fiction"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...