12. Start Now?

24 3 0
                                    

"An! An!"

Suara teriakan dari luar ruangan benar-benar membuat An terkejut. Meletakkan pulpen di atas HVS yang tadi menjadi fokusnya, An berjalan keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Beberapa orang yang berada di ruangan yang sama menatap bingung kearahnya. Sebab terlihat jelas ada raut panik diraut wajahnya.

"Kenapa, Lin? Lo kenapa teriak? Kenapa lari-lari ke sini?"

An menatap sekitar, mencari apakah ada yang sedang mengejar Alin. Sebab gadis itu berlari tampak panik, seperti sedang dikejar setan saja.

"Lo udah lihat? Di tweet rame banget."

"Lo jauh-jauh ke sini cuma buat bahas begituan? Gue udah panik setengah mampus ngeliat Lo lari-lari sambil teriak kaya gitu."

"Lo belum liat? Satu sekolah udah tau An!"

"Apaan sih? Mereka masih bahas soal rumor gue sama cowok sialan itu? Udah gue bilang itu bukan gue!"

"Ssstt!" Alin meletakkan jari telunjuknya di bibir An "mending Lo lihat ini dulu." Katanya mengarahkan layar ponselnya pada An.

"Terus?" Tanya An setelah kerutan di keningnya mengendur setelah melihat sebentar layar ponsel Alin.

"Sekarang satu sekolah pada heboh bahas ini An, Lo paham ga sih?"

"Ya terus? Kan emang gue ga ada apa-apa sama dia, bukan gue yang sebar rumor itu, kan?"

"Tapi masalahnya semua orang taunya Lo yang sebar foto ga jelas itu, An. Semua orang bakal nyalahin Lo."

"Lin, gue tau. Tapi gue bisa tutup telinga, kan?"

"Argh! Terserah Lo lah! Ngasih tau orang keras kepala kaya Lo emang ga bisa!"

Alin membalikkan badan, berjalan pergi dengan wajah ditekuk kesal. Tentu saja itu membuat An terkikik melihatnya.

"Lin! Tifa udah ada kabar belum?" An sedikit berteriak karena jarak mereka sudah cukup jauh.

"Belum!"

Setelah menjawab tanpa berbalik, tubuh Alin menghilang di belokan lorong. An memilih untuk kembali ke ruang OSIS, karena masih ada kerjaan yang harus ia lakukan.

"Ck, mukanya kaya orang ga tau malu ga sih?"

"Kan emang ga tau malu."

"Penasaran sih gue gimana reaksi dia ketemu kak Ze."

Tak memperdulikan bisikkan-bisikkan yang sebenarnya sudah ia dengar sebelum Alin datang, An kembali berkutat pada pulpen dan HVS di mejanya. Sebelumnya ia merasa heran kenapa orang-orang memandang aneh padanya, tapi sekarang An sudah faham kenapa mereka melayangkan tatapan seperti itu.

"An."

"Hmm?"

"An."

"Apaan?"

"Lihat gue."

An menoleh pada gadis yang tengah berbisik di sampingnya. "Mending ga usah ngomong kalau ga penting, Yur."

"Yang di Tweet, Lo udah tau."

"Gue ga perduli."

Bertepatan dengan An yang menyahut dengan ketus, beberapa orang masuk ke ruang OSIS. Termasuk Ze dan Mada. An yang sempat tak sengaja menatap kearah Ze memutar bola mata saat cowok itu juga menatap mengejek kearahnya.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang