"Gimana? Berhasil rencana gue, kan?"
"Ck, pertanyaan Lo kedengaran kaya lagi membanggakan diri."
"Pastinya gue bangga, secara ide gue selalu berhasil."
"Ingat, gue juga ikut andil."
"Iya-iya, gue akui akting Lo keren. Ga ada lawan deh."
Beberapa orang yang berkumpul itu tertawa bersama, terdengar juga tepukan tangan. Wajah mereka tampak sangat puas dengan hasil kerja mereka kali ini.
"Inget janji Lo bang, gue yang bakal jadi ketua selanjutnya, bukan dia."
"Tenang, gue bukan orang yang ingkar janji."
"Tapi gila sih Lo kak." Kata gadis yang sejak tadi hanya memperhatikan.
"Bukan gila, itu namanya cerdas."
"Padahal gue mikir Lo sama Ze temenan baik."
╏ ” ⊚ ͟ʖ ⊚ ” ╏
Langkahnya tergesa-gesa di sekolah yang kini mulai sepi. Berkali-kali ia mengacak rambut frustasi karena tak kunjung menemukan sosok yang dicarinya sejak tadi. Terlihat kini penampilannya berantakan, dan tampak kacau.
"Lo dimana sih?"
Gumaman yang sama terus berulang sepanjang ia menyusuri lorong sekolah.
"Alin! Stop!"
Menoleh cepat, ia berlari kearah sumber suara yang mengarah pada taman belakang sekolah. Seketika membulat matanya saat melihat An berusaha mencegah Alin yang terus menghantamkan kepala ke dinding.
"Asyalina."
Panggilan pelan itu membuat Alin dan An menoleh. Ia dapat melihat tatapan Alin yang sudah lama tak dilihatnya. Tatapan itu terlihat sangat takut, dan kesakitan.
"El, gue ga curang."
Berjalan mendekat, ia membawa Alin kedalam pelukannya.
"Gue ga curang El, engga. Gue ga kaya gitu. Gue ga pernah curang."
Mengangguk berkali-kali, ia mengusap-usap punggung Alin agar gadis itu merasa tenang.
"Gue tau, gue percaya. Lo tau itu, gue selalu percaya sama Lo. Dulu, sekarang, besok, selalu. Gue percaya sama Lo."
Nafas An tercekat melihat pemandangan didepannya. Tak menyangka bahwa Alin dapat langsung tenang setelah di peluk dengan sosok lelaki bernama Rafael, atau yang kerap di sapa Rafa.
Alin tadi sudah cukup tenang saat An memeluknya dengan waktu yang cukup lama. Tapi entah kenapa tiba-tiba gadis itu kembali histeris saat An akan melepaskan pelukannya. Seolah gadis itu seperti anak kecil yang di tinggal ibunya saat sedang di pasar.
"Gue ga salah apa-apa, tapi kenapa semua orang benci gue?"
"Engga Lin, ga ada yang benci Lo. Mama Lo, papa Lo, An, ada Satifa bahkan gue juga ada. Kita ga benci sama Lo."
"Cuma kalian? Mereka?"
"Mereka cuma ga tau Lin. Sekarang ayo pulang. Ini udah sore, mama Lo udah nelpon gue nyariin Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS
Novela Juvenil"Semua orang di sini tahu, tidak mudah untuk bergabung OSIS di sekolah ini. Bahkan setelah kalian berhasil lolos kalian tetap akan menjalani ujian setiap bulannya." ••• "Curang! Mereka orang yang curang!" "Pembunuh! Kalian pembunuh!" "Orang-orang so...