Bab 23. CATUR WEDHA

97 9 0
                                    

Aish, Mama ada-ada aja.

Setelah mobil Brigita melaju pergi, Reiko juga terburu-buru, melihat jam tangannya dan berlari menuju mobilnya di lobby.

Huh, buang waktuku saja. Belum lagi semua peluh ini. Sudah pakai jas rapi-rapi, tapi malah harus lari-larian begini, hah, bisik hati Reiko sambil dia mengambil kunci mobilnya.

Kemarin Reiko memberikan kunci mobilnya itu pada vallet parking.

Jadi dia hanya perlu ke lobi, mengambil mobilnya di teras lobi dan mengendarai menuju ke tujuan pertamanya.

"Fuuh, semoga aku tidak telat. Yang aku tahu Raditya Prayoga bukan orang yang suka dengan jam karet."Ini yang membuat Reiko mengendarai mobilnya dengan kecepatan tak biasa.

Untung saja, apartemennya berada tidak jauh dari lokasi Aurora Corporation berada.

Untung juga macetnya tidak terlalu parah. Lima menit lagi lebih lambat, aku telat, bisik hati Reiko yang akhirnya sampai ke tempat tujuan dan dia pun langsung turun menuju ke lobby Aurora corporation, salah satu perusahaan besar di Indonesia.

Aurora corporation memiliki beberapa anak cabang perusahaan. Mulai dari industri migas yang merupakan bisnis terbesar mereka, transportasi, mereka juga memiliki saham di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, juga merajai industri property, agricultural yang juga merupakan bisnis tertua mereka, supermarket dan minimarket yang tersebar di seluruh kota di Indonesia dan perbankan.

Dan di bidang property inilah Reiko ingin bekerja sama dengan perusahaan tersebut.

"Silakan Anda bisa naik ke lantai paling atas, ruangan meeting utama di samping kantor CEO, di lantai dua puluh lima."

"Baik terima kasih."

Semua tidak ada masalah. Setelah melapor pada resepsionis, Reiko diberikan kartu pass untuk naik lift. Dirinya lumayan deg-degan.

Tapi Reiko menanggapinya dengan sangat cakap sehingga dia terlihat cool dan sama sekali tidak terlihat nervous seperti di dalam hatinya.

"Selamat pagi tuan Adiwijaya."

"Reiko, Pak Sandi bisa memanggil saya dengan nama Reiko saja. Karena saya ke sini tidak mewakili perusahaan Adiwijaya tapi menjadi diri saya sendiri, Reiko Byakta."

Sandi, adalah asisten dari Raditya Prayoga, cucu dari pendiri perusahaan Aurora corporation, mendiang Prawiryo Prayoga. Saat ini perusahaan itu sudah menjadi tanggung jawab penuh dari Raditya Prayoga setelah setahun yang lalu ayahnya, Bambang Prayoga, memberikan tanggung jawab pengelolaan perusahaan tersebut kepada putra satu-satunya, Raditya Abimanyu Prayoga.

Seseorang yang dinilai sangat sulit sekali dalam hal berbisnis. Tidak mudah untuk menarik perhatiannya dan yang pasti dia kaku dan selalu memiliki perhitungan yang matang untuk setiap keputusan yang dibuatnya.

Dan pria itulah yang akan ditemui oleh Reiko.

"Baiklah akan saya sampaikan pada tuan Prayoga kalau Anda sudah ada di sini. Mohon tunggu sebentar pak Reiko."

"Baik, terima kasih, Pak Sandi."

Ada rasa lega di dalam hati Reiko ketika Sandi yang lebih dulu menyapanya terlihat begitu ramah pagi itu.

Mudah-mudahan saja. Aku berharap mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Lumayan nervous Reiko. Dan jauh dalam dirinya tidak bisa dipungkiri kecemasan tentang program yang sudah diajukan dan kini akan dibahas olehnya. Ini agak sedikit sulit ditutupi dari wajahnya, ketika momen ini terjadi.

Dan disaat Reiko mencoba untuk me-maintenance perasaannya itu

dreet dreet dreeet

Haduh kenapa kakekku menelepon?

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang