Bab 131. DI LUAR KEBERANIANKU

44 4 1
                                    

Aida: Assalamualaikum kakek. Lagi apa kakek? Aku lagi senggang ini. karena aku sendirian di sini....

(Aida diam sejenak sambil menunjukkan lingkungan di sekitarnya dengan kamera belakang)

Aida: Tuh nggak ada siapa-siapa kakek lihat kan? Cuman ditemani sama apel aja.

(Aida menunjukkan apelnya)

Aida: Aku nggak ada kerja. Tadinya aku mau telepon Lingga tapi kan dia sekolah. Ini masih hari Kamis kan? Jadi jam segini ndak ada orang. Lestari sama Arum juga sama, mereka sekolah. Kalau aku telepon ibu, nanti ibu pikir aku kenapa-napa. Telepon temenku, ndak enak mereka lagi sibuk buat persipaan kuliah. Makanya aku telepon kakek. Kakek sibuk nggak?

Aida tidak mau memberikan kesempatan Adiwijaya menjawab sebelum kalimat terakhirnya terurai tadi.

Semoga sikapku ini terlihat biasa-biasa saja dan kakek tidak curiga, bisik hati Aida ngeri-ngeri sedap dengan rencananya.

Adiwijaya: Yo ndak sibuk. Kakek nih lagi ngobrol sama Bejo tuh. Kamu kangen ndak sama Bejo?

Aida: Hihi, hai Bejo. Jelas saja aku kangen kakek. Gimana juga Bejo itu kan kecilnya sama aku.

Alih-alih menelpon adiknya memang Aida menghubungi seseorang yang di luar akal sehatnya sendiri kenapa dia bisa senekat ini menghubungi kakek Reiko itu. Dan masalah Bejo tentu saja Aida juga merindukannya karena dia adalah peliharaan ayahnya yang sangat disayangi Laksono semasa hidupnya. Tapi melihat Bejo memang selalu saja membuat dirinya teringat tentang pria terbaiknya yang kini sudah tak lagi bersama dengannya di dunia.

Aida: Wah senang sekali Kakek bisa bermain dengannya. Aku malah kangen loh sama Bejo.

Makanya Aida berusaha bicara lagi karena tidak mau larut dalam kegundahan hatinya karena sekarang juga hatinya sedang tak tenang.

Adiwijaya: Nah kamu di situ kenapa sendirian? Mana suamimu? Dia ninggalin kamu kerja dengan kondisimu masih seperti itu? Awas aja cah kuwi.

Aida: Kakek jangan marah dulu.

Aida mencoba menenangkan.

Aida: Dan ini semua kan memang akar masalahnya dibuat sama kakek toh? Kalau tidak mas Reiko mungkin tidak akan pernah sesibuk ini.

Adiwijaya: Loh, kok kakek disalahin?

Melihat Aida yang mencebik tentu saja Adiwijaya langsung protes. Dia merasa tak tahu apa-apa.

Aida: Sebenarnya yang aku bilang sama kakek kemarin itu aku jalan-jalan ke Dufan, aku juga jalan-jalan ke Monas, itu semuanya bohong. Aku ndak pergi kemana-mana cuma di rumah tok selama satu setengah bulan ini, kek.

Adiwijaya: Halah, kenapa kamu bohong sama kakek? Apa suamimu yang menyuruhmu?

Aida: Ndak ada yang nyuruh, malah kakek pulang mas Reiko bilang kaget aku bilang gitu ke kakek.

Adiwijaya: Lah terus, kenapa kamu berbohong?

Aida: Tapi Kek aku sendiri yang inisiatif soalnya aku ndak tega kalau nanti kakek marahin mas Reiko. Dia udah kecapekan.

Adiwijaya: Capek opo to?

Aida: Capek Karena gara-gara Kakek mas Reiko sibuk banget. Makanya aku kesel banget sama Kakek ini, gara-gara Kakek aku jadi sendirian di sini dan mas Reiko harus kerja di ruang kerjanya sekarang. Dia ndak ninggalin aku dari apartemen. Cuma dia lagi kerja, apa tadi ya? Zoom meeting.

Adiwijaya: Ya sudah nanti aku telepon suamimu supaya dia tidak sibuk dulu dan biar pekerjaannya di handle sama mertuamu, Endra

Aida: Ealah, jangan Kakek. Kalau tahu aku nelepon Kakek nanti mas Reiko marah sama aku. Sebenarnya aku nelpon Kakek ini karena aku pengen minta tolong sama Kakek soalnya.

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang