Bab 87. ANTAR KE KANTORKU

68 1 0
                                    

Reiko: A-ada apa kakek ke Jakarta, Papa?

Haduh, gimana ini? Bagaimana jika wanita itu mati? Bagaimana aku harus jelaskan kematiannya pada kakek? Ssssh, Waluyo. Dia yang harus disalahkan untuk semua ini, seru di hati Reiko ketakutan, sampai dia belum pergi kemanapun saaT pintu sudah terbuka lebar, hanya berdiri di samping lift.

Endra: Ya.

Apalagi Endra hanya menjawab begitu saja. Bagaimana Reiko tak makin cemas?

Reiko: Apa ada masalah serius Papa?

Tanya Reiko yang saat ini masih kalut. Reiko sudah berada di lantai dasar tempat resepsionis berada.

Tapi rasanya sulit untuk melangkah pergi. Ada kekhawatiran besar dan bayangan wajah kakeknya mengganggu ketenangan hatinya pagi itu.

Endra: Entahlah. Dia ingin rapat membahas soal Mesir. Katanya perluasan cabang sampai ke Mesir. Aku tak mengerti kenapa kakekmu ini tiba-tiba membahas Mesir, Reiko. Menggebu-gebu sekali pula keinginannya ini.

Reiko: Eeeh, Kenapa perluasannya harus jauh-jauh ke Mesir dulu sih Papa? Asia tenggara aja baru selesai. Bukan seharusnya kita fokus dulu memperluas di seluruh Asia dan ke benua paling dekat selanjutnya yaitu Australia?

Endra: Sudahlah tak perlu tanya-tanya. Tapi yang pasti sekarang kamu harus datang, mengerti? Aku tidak mau kamu absen lagi seperti kemarin saat Ada petugas pajak.

Reiko: Ehm, maaf Papa soal itu.

Reiko jadi meringis tak enak. Dia tidak mau ada pembahasan soal itu tapi gara-gara ucapannya, papanya jadi ingat lagi dosanya yang satu itu.

Endra: Untuk masalah yang satu itu kita akan bahas nanti di kantor setelah kakekmu pulang.

Reiko: Eh, Papa, Apa betul kakek cuma ingin membahas masalah di kantor?

Reiko tak peduli soal itu kalau dia ingin dimarahi juga tapi yang paling penting dia ingin memastikan satu hal.

Endra: Hmmm

Reiko: Beneran Papa?

Endra: Iya. Jangan membuatku kesal pagi-pagi, Reiko. Kita tunggu sajalah nanti siang kakekmu akan datang dan akaN hadir di rapat perusahaan.

Reiko: I-iya. Siap Papa.

Syukurlah jadi kakek hanya ingin datang ke rapat perusahaan, kan? bisik hati Reiko yang akhirnya merasa lega mendengar ucapan dari papanya itu.

Endra: Kalau begitu cepat kamu keluar dari hotel, Reiko. Aku yakin Deni juga sudah menunggu di luar dan kamu bisa ikut dengannya

Reiko: Papa menyuruh orang menjemputku?

Reiko tentu tahu kalau papanya mengikuti Brigita. Jadi bukan suatu hal yang aneh kalau sekarang papanya sudah tahu di mana dia berada Tapi menjemput ini tidak masuk dalam pikiran Reiko.

Endra: Hmm, aku juga sudah menyiapkan pesawat jet untukmu. Kalau kamu tidak keluar juga sampai jam tujuh pagi, tadinya aku akan menyuruh Deni untuk menggedor pintu kamarmu dan membawamu ke Jakarta.

Sambil mendengar penjelasan papanya, Reiko juga sudah melangkah menuju keluar hotel terburu-buru.

Reiko: Aku menemukannya Papa.

Reiko bicara sambil melambaikan tangan pada Deni yang langsung datang mendekat.

"Selamat pagi, Pak Reiko," ucap Deni, di saat yang bersamaan

Endra: Ya, pergilah dengannya

Papanya juga bicara seperti itu dan masih didengar oleh telinga Reiko.

"Tak perlu basa-basi, papaku sudah memberitahukannya. Panggil mobilnya cepat."

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang