Bab 73. SULASTRI LISTYANINGRUM

62 2 0
                                    

Aida: Hehehe, kakek maaf tolong sembunyikan ini ya. Karena Mas Reiko nggak mau kalau ini sampai kesebar ke siapapun. Bahkan dia nggak cerita sama papa dan mamanya. Ibu juga gak aku ceritain. Aduh, kenapa ya aku malah keceplosan begini? Cari mati aku ini, bisa kena omel mas Reiko.

Semoga saja mereka kasihan setelah aku memelas seperti tadi. Semoga mereka kasihan padaku dan tak akan membesar-besarkan masalah ini. Ya Tuhan, kenapa aku bisa semudah ini berbohong dan membawa masalah baru begini? Aida, apa kamu enggak bisa ngeluarin alasan lain dalam pikiranmu sih?

Aida bicara di dalam hatinya ketika dia memang agak cemas menunggu jawaban dari kakeknya Reiko

Adiwijaya: Jadi ini rencana diam-diam kamu dan suamimu?

Akhirnya: Iya kakek. Maaf ya, aku nggak bisa cerita banyak

Waluyo: Yowes kalau begitu. Biarkan saja Aida tenang dulu, Romo. Tak perlu ditanya macam-macam putumu. Biar nanti kalau sudah berhasil mungkin Reiko sendiri yang mau cerita pada keluarga besarnya.

Adiwijaya: Menurutmu bagaimana Lesmana?

Kakeknya Reiko memang kalau apa-apa pasti bertanya pada asistennya itu. Seorang yang sudah dianggap sebagai anaknya dan selalu ada di sisinya sata anak kandungnya tak ada di sisinya.

Lesmana: Mungkin kita harus menunggu dulu tuan besar. Biarkan den Reiko memikirkan tentang rencananya.

Syukurlah mereka semua memberikan respon sesuai dengan yang aku harapkan. Ya ampun kakek, aku minta maaf sekali bukan aku ingin membohongimu. Ya Tuhan bagaimana ini? Aku banyak sekali berbohong. Ish, berdekatan dengannya dan pasangan zina itu membuatku benar-benar melakukan sesuatu yang buruk. Berbohong.

Aida tahu dia tidak seharusnya berbohong begini tapi mau bagaimana lagi? Dia juga sekarang jadi galau sendiri.

Adiwijaya: Kamu tak akan dimarahi suamimu. Tenang saja, kakek tidak akan cerita pada siapapun. Tapi nanti kalau ada hasilnya tolong kabari kakek ya.

Waluyo: Romo gimana toh? Justru Reiko sendiri yang ingin cerita ke keluarga. Kalau Aida disuruh kasih tahu nanti dia malah jadi bulan-bulanan suaminya, piye?

Adiwijaya: Oh iya kamu benar.

Waluyo: Lah iya lah Romo. Aku selalu benar.

Adiwijaya: Hus, kamu itu kan bukan Tuhan. Sudah jangan ganggu Aida lagi, matikan teleponnya.

Protes Adiwijaya pada Waluyo lagi yang membuat perasaan Aida lebih lega.

Waluyo: Nduk, Pakde matikan dulu teleponnya.

Aida: Oh iya Pakde. Terima kasih sudah kasih kabar dan Aida titip ibu ya pakde. Kakek, Aida juga mau kasih info dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu keluarga Aida. Tadi malam mas Reiko juga kirim uang pada ibu. Tapi jumlahnya itu kakek, sebaiknya sih kakek ingatkan sama mas Reiko supaya tidak memberikan sebesar itu.

Adiwijaya: Memang Reiko memberikan berapa?

Aida: Lima puluh juta kakek, besar sekali. Aku tidak enak kalau keluargaku menerima uang sebesar itu. Lima juta juga cukup, lebihnya juga masih banyak sekali.

Adiwijaya: Waduh. Cucuku itu. Kurang ajar dia. Awas nanti tak telepon. Kenapa kecil sekali memberikannya?

Aida: Eh, ma-maksdunya gimana kakek?

Aida tak paham mendengar yang dikatakan Adiwijaya.

Sehingga:

Adiwijaya: Seharusnya dia berikan itu nggak sekecil itu loh. Harusnya dia kasih ya minimal lima ratus juta, kenapa hanya lima puluh juta?

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang