Bab 195. TAK ADA BEDA KAN UNTUKMU?

60 5 2
                                    

"Sakit perutku!"

Kini wajah Reiko menatap pada Aida.

"Kalau aku nggak pakai apa-apa kayak gini badanku jadi enakan. Lagian nggak ada bedanya kan aku tampil kayak gini ataupun aku pakai baju kamu nggak akan tertarik padaku kan?"

"Seratus persen pangkat seratus saya ndak tertarik Pak! Tapi mata saya tercemar."

Jelas saja Aida menggelengkan kepalanya yang membuat Reiko tentu saja tersenyum.

"Ya udah jadi apa masalahmu? Lagian juga kamu masih terikat denganku! Suka ataupun tidak aku dan kamu itu terikat dalam hubungan pernikahan! Tercemar olehku gak akan dosa untukmu!"

Pernikahan pura-pura ya pernikahan pura-pura! Lagi-lagi sebuah ucapan yang tidak ingin didengar oleh Aida dan ingin sekali dia menyemprot Reiko.

Tapi....

Sabar Aida, Dia lagi sakit! Daripada kamu buat masalah lagi dengannya nanti dia pergi lagi tiga bulan, empat bulan dan tahu-tahu dia datang ke sini hampir sekarat, kamu juga yang harus merawatnya! mana sih pacarnya itu gak dateng-dateng sudah jam segini?

Mana Aida tahu ke mana Brigita pergi. Makanya dia tak memberikan respon apapun di wajah Reiko yang kini menaruh tangan kanannya di bahu Aida.

"Bawa aku ke sofa!" dengan suaranya yang seperti berbisik pada Aida kalimat itu terurai dari bibir Reiko.

Orang kok kalau dikasih hati minta jantung dan ngelunjak! Mana ndak tahu malu! Dia pikir dia ini balita umur setahun kah yang melepaskan semua pakaiannya tidak membuat orang lain terganggu? Aida berbisik dalam hatinya sambil membawa Reiko ke tempat yang memang ditunjuknya masih dengan tangan Aida yang terpaksa harus memegang kimono Reiko di tangan kanannya.

"Ini bajunya Pak!"

"Pakaikan minyak hangat itu dulu! Yang tadi itu enak di punggungku."

Dan sekarang makin nggak tahu diri! Kenapa dia duduk di hadapanku dengan polosnya begitu? memperlihatkan bagian bawahnya di mataku! Kurang ajar!

Aida memang tidak menatap ke sana tapi Reiko duduk bersandar dengan kaki yang sedikit terbuka seperti seorang Pria kalau duduk hanya saja sekarang tidak ditutupi oleh kain.

Hanya kakinya saja yang masih menempel dengan sendal pink bunny yang kesempitan. Tadi katanya tak mau pakai tapi sampai sekarang tak mau dilepaskan olehnya.

"Kenapa kamu hanya berdiri? Cepat pakaikan!"

"Kalau begitu tengkurap dong Pak!"

"Depannya dulu semua, nanti baru punggung!"

"Hiiiiish, Bapak ni! Pakai sendiri kalau depan kan tangan Bapak nganggur!"

Kesal Aida! Kalau bagian depan kan bisa pakai tanpa bantuan orang lain. Makanya dia ingin menyerahkan minyaknya langsung saja kepada Reiko.

Tapi....

"Cepatlah. Tubuhku sudah kedinginan! Lalu cepat-cepat kamu pakaikan yang belakang. lagipula tanganmu kan sudah kena minyak banyak. Tanganku masih bersih," alibi Reiko.

"Kalau tanganku kena minyak juga aku harus ke kamar mandi lagi nanti sebelum makan ya mesti cuci tangan! Itu kan dingin airnya. Aku lagi masuk angin. Mana enak makan dengan bau minyak di tangan? Kalau kamu kan bisa cuci tangan?"

Woah, pintar dia yah? sejak kapan ada teori macam itu? hish!

Tapi kalau semakin lama Aida menunda, maka akan semakin lama juga urusannya dengan Reiko beres dan dia harus melihat seseorang tanpa busana berlama-lama!

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang