Bab 159. KAU PERCAYA?

42 5 2
                                    

Sial, mau bilang apa sekarang dia disuruh turun? Ulahnya selalu ada-ada saja.

Bukan hanya hati Aida yang ketar-ketir tapi Reiko juga sama, makanya hatinya gemas.

Jangan pernah lupakan kalau Radit sudah pernah mencari tahu tentang latar belakang Reiko. Dia pasti tahu siapa Brigita, termasuk bagaimana wajahnya. Radit tahu Aida bukan kekasih Reiko. Makanya Reiko khawatir berlebihan.

Dia sangat tidak suka dengan perselingkuhan. Tapi aku memang tidak selingkuh dengan siapapun.

Reiko tahu dia tidak bersalah. Dalam kasus ini semuanya hanyalah kesalahpahaman tapi bagaimana dia harus menjelaskan ini pada Radit? Ya meski dia bersalah dengan kaki Aida.

Mereka pasti berpikir kalau aku melakukan KDRT. Lelah hati Reiko dia tidak tahu bagaimana harus merespon ini sekarang.

"Oh, ehm... ndak usah Nyonya. Saya memang maunya di sini kok. Tadi saya sudah bilang sama Mas Reiko kalau saya mau di sini saja soalnya saya ini orangnya kuper, maklum dari kampung. Kemarin saja saya yang baru datang ke kota sudah bikin masalah di rumah Mas Reiko apalagi kalau saya di sini nanti saya bikin masalah bisa-bisa kebakaran."

"Heeeh?"

Haish, bicara apa lagi dia? tak mengerti Reiko apa maunya Aida tapi dia juga sulit untuk bicara karena sekarang....

"Soalnya kemarin aja saya hampir bikin kebakaran di tempatnya mas Reiko, soalnya saya ndak tahu gimana cara pakai barang-barang dapurnya. Jadi nih semua sampai luka dari tangan kaki dan juga ada bagian dapur yang sedikit kebakar. Untung saja Mas Reiko denger teriakan saya dan ada apa ya itu namanya yang warna merah besar itu loh yang buat kebakaran?"

Aida sudah menimpali seperti ini.

Makin deg-degan lah Reiko.

Cih. Dia pikir sandiwara seperti ini bisakah dipercaya? Dia hanya membuatku semakin malu. Haduuuh. Deg-degan hati Reiko.

Makin berdenyut kepalanya karena tak yakin.

Tapi apakah Nada dan Radit juga berpikir sama sepertinya?

"Ya ampun." Nada yang panik tentu saja langsung mendekat dan memegang tangan Aida.

"Pak Reiko, memangnya tidak diajarkan dulu bagaimana cara pakai alat dapur?"

"Oh, itu bukan salahnya Mas Reiko, Nyonya. Tapi itu salah saya. Dapurnya kan keren gitu jadi saya main-main di sana dan kebenaran saya lagi bawa makanan, opo yo, kaya kue ulang tahun dari dalem kulkas, ya saya ndak tahu loh kalau itu bisa nyala jadi ya udah kepencet, hmmm itu loh kan pencetannya itu ndak ada pencetannya, cuman ditempel gitu aja pakai jari. Ada api jadi saya teriak-teriak jatuh makanannya sampai kaki saya injek-injek beling," maksud Aida jadi kompor tidak lagi dipencet atau diputar tapi sudah touchscreen.

Karena memang semua barang-barang di dapur Reiko, semua serba touchscreen. Jadi dengan wajah polosnya itulah dia senyum-senyum sendiri seakan-akan itu bukan sebuah masalah.

"Malu loh saya kalau sampai ketahuan ibu saya hampir membakar rumahnya Mas Reiko mana saya dititipkan di sini itu sebenarnya supaya saya bisa kerja di Jakarta bantuin tunangannya mas Reiko, Mbak Brigita. Eh, saya malah bikin ulah. Padahal udah enak-enak saya bisa dapat kerjaan di Jakarta dan bisa ngebantu di kampung apalagi Bapak saya baru meninggal."

Pandai dia membuat sandiwara dan lebih pandai daripada aku?

Jelas Reiko bergumam begini karena....

"Ah, ya ampuuun, kamu ini lucu banget sih dan ada-ada aja. Aku jadi inget temenku, dia itu, selalu saja bisa membuatku terta...."

"Ehem." Namun sebelum Nada bicara seseorang yang ada di sisinya sudah keburu meresponnya

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang