"Bee--"
Reiko jelas tidak menyangka kalau kekasihnya yang kini terlihat marah itu akan datang ke apartemennya.
Hahaha, katanya ada dosa yang balasannya akan diterima nanti di akherat, tapi ada juga dosa yang balasannya akan diterima juga di dunia dan di akherat, dobel. Kapokmu kapan Ndoro Agung Reiko Byakta Adiwijaya? Makan tuh omelan teman zinamu yang cemburu padaku.
Mungkin saat ini hati Reiko berdegup tak karuan melihat Brigita, tapi tidak dengan Aida yang justru bersorak sorai.
"Ka-kamu tau dari mana aku di sini?"
Hwahahaha, pasti dia ketakutan tuh. Nikah makanya dong nikah. Bukannya nikahin orang yang kamu nggak cintain, Ndoro. Pendidikan boleh tinggi. Tapi otak pada ada di dengkul kali ya? Gitu tuh kalau kebanyakan yang haram. Tumpul otaknya, nggak bisa mikir.
Mana peduli Aida. Dia sudah bersungut begitu di dalam hatinya ketika melihat Reiko terlihat gugup saat berjalan mendekat pada Brigita.
"Lepaskan tanganmu dariku."
Reiko berusaha menenangkan Brigita, tapi wanita itu memang terlihat begitu marah.
Mamvus. Hahaha, Kau tadi terlihat keren, gentle, cool, kayak ga takut sama apapun, Ndoro Agung. Aku jadi penasaran apa yang akan kau lakukan untuk menenangkannya, bisik hati Aida lagi yang memang benar-benar ingin lihat bagaimana endingnya.
"Bee--"
"LEPASKAAAAAAN."
Untung saja Aida tak jantungan saat mendengar teriakan itu. Dia cuma antusias, penasaran ingin tahu bagaimana Reiko menenangkan singa betina yang sedang ngamuk di apartemennya.
"Hey, jangan marah dulu, kenapa kamu ke sini?"
"Pertanyaan aku yang pertama belum kamu jawab." Brigita tak ada mood untuk menjawab dua pertanyaan Reiko tentang dari mana dia tahu dan kenapa juga dia bisa ada di apartemennya.
"Ngapain kamu berdua-duaan sama dia di sini, hemm?"
Brigita cuma mau pertanyaannya dijawab dan sepertinya belum berniat untuk berdamai.
"Bee --"
"Ish, jangan sentuh aku!" sinis Brigita.
Sudah dibilang, jangan berpikir bahwa Brigita akan sedikit melunak kali ini.
Ah, aku tahu, sepertinya dalam hubungan mereka wanita itu lebih superior daripada dirinya. Aida saat ini juga sedang mengamati, hanya sekedar ingin tahu.
"Sabar dulu dong, Bee."
"LEPASIN!"
Brigita sudah benar-benar emosi dan tangannya pun sudah terlihat mengepal kesal tak mau sama sekali dipegang oleh Reiko, tak mau dibujuk dan masih terus meninggikan suaranya
"DUA JAM REIKO!" pekik Brigita yang suaranya melengking di dalam ruangan yang sunyi itu.
"Aku perjalanan ke sini tadi setengah jam dan ini udah dua jam setengah sampe sekarang." Brigita lost control.
"Papamu sendiri yang mengatakan kalau kamu pergi ke sini. Kamu ngapain di sini lama-lama? Tidur sama dia? kegatelan, hmm?"
"Bee." Reiko berusaha menahan emosinya.
Maklum saja Brigita sudah tidak bisa menahan lagi semua luapan di hatinya yang mengepul menumpulkan logika di kepalanya.
Makanya Reiko berusaha untuk tetap tenang.
"LEPASKAN AKU!"
Bahkan kini di dalam benak Brigita hanya ada suara Endra Adiwijaya yang mengatakan di mana putranya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romance"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...