Bab 197. KAPAN INI SELESAI?

55 7 1
                                    

"Apaan sih Pak!"

"Aku lagi sakit dan aku lagi gak pengen pegang sendok."

Rasa-rasanya sudah paling benar tadi aku tuh nggak usah ikut campur, dia mau sakit mau apa dan aku harusnya telepon aja dokter Alif dan tak usah peduli padanya! Dikasih hati lah benar-benar dia minta jantung loh! kesal dan gemas hati Aida.

Makanya dia berusaha untuk menguatkan dirinya menjawab dan menolak keinginan Reiko.

Tapi....

Dreet Dreet Dreeet

Telepon di meja yang bergetar membuat Pria itu segera mengambil handphonenya lagi sebelum Aida sempat menjawab.

"Kemari mendekat padaku!" seru Reiko yang sudah menarik Aida dan tentu saja memberikan sendok di tangannya.

"Tapi Pak...."

"Ssst, ini Kakekku!" ucap Reiko dan berhasil membuat mulut Aida diam saat melihat layar monitor handphone Reiko.

"Buka ini!"

"Hhh, Pak, kerudung Saya...."

Aida tak melanjutkan ucapannya karena ekor mata pria itu terlihat tajam.

"Kamu cuma berdua denganku dan kenapa harus pakai kerudung? Ini akan membuat Kakek jadi aneh melihatnya!"

"Ta-tapi Saya belum nyisir!" Aida mau buat alasan.

"Ya lebih berantakan lebih baiklah! Karena Kakek lebih suka melihat rambutmu berantakan kalau di sisiku!"

"Heeeh, Pak, anda bisa menggiring opini ke...."

"Memang tujuannya itu!"

Reiko memang sedang mengacak-ngacak sedikit rambut Aida, di saat wanita itu ingin melanjutkan bicaranya. Namun Reiko sudah memotong dengan tatapan matanya tajam pada Aida.

"Supaya Kakek percaya dan kita terlihat romantis!"

Romantis ndas-mu atos! Kenapa sih Dia harus pulang sekarang? Kenapa nggak tiga atau enam bulan lagi? kesal hati Aida, tapi dia terpaksa diam.

Aida tak berani bicara karena tangan Pria di sampingnya sudah memencet tombol hijau.

Reiko: Hai Kakek!

Pria itu melambaikan tangannya ke kamera karena Kakeknya ternyata menelepon dengan video call.

Reiko: Aku sudah sampai di apartemenku dan lihat siapa yang ada di sebelahku!"

Reiko bicara sambil mengarahkan kamera pada Aida yang tangan kanannya mencengkram sendok dengan sangat kencang tapi bibirnya berusaha tersenyum meskipun hatinya tak berhenti mengumpat, karena....

Mmmmuuuah!

Buat apa dia merangkulku? dan kenapa mengecup pipiku? bisik hati Aida yang berusaha untuk mengatur emosinya, berbarengan dengan....

Reiko: Kakek pasti nelepon karena ingin mengganggu kami berdua, kan?

Dengan semena-mena Reiko malah menempelkan kepalanya di sisi kanan kepala Aida seakan-akan kepala mereka menempel dan Dia tersenyum memandang ke arah layar monitor kameranya.

Adiwijaya: Hahaha, aku hanya penasaran saja apa kamu sudah pulang ke rumah dan menemui istrimu.

Reiko: Ya sudahlah Kakek. Ke mana lagi aku harus pergi, kalau aku gak pulang ke rumahku dan ketemu istriku? Aku juga sudah merindukannya. Mmmuuuah!

Aish, bibirnya itu loh! Ampun! Ketemu aku, Dia juga karena pengen minta makan dan karena pacarnya tidak ada di sini saja. Lihat, kini Dia sakit dan menyusahkanku! Terus kenapa juga dia harus memainkan rambutku sih? gerutu dalam hati Aida yang masih berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan Kakek Reiko.

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang