"Eeeh--"
"Hahaha."
Malah gantian puas Reiko ketika melihat Aida menutup mulutnya kehilangan kata-kata karena dia juga tidak kepikiran akan dijawab seperti tadi lagi oleh pria di hadapannya.
"Lucu Pak?" sindir Aida, ketika Reiko mulai stabil dari tawanya.
"Kenapa? Kesel? Itu namanya senjata makan Tuan," ucap Reiko sambil satu langkah mendekat, sehingga membuat Aida memundurkan tubuhnya sedikit ke belakang.
"Udah, jangan berlama-lama lagi." Pria itu pun mengetuk-ngetuk jam tangannya.
"Aku Sudah terlambat untuk kembali ke kantor. Cepat buka semua pancingan itu dari CCTV-ku. Awas rusak. Jangan sampai selotip atau lem yang kamu gunakan di atas sana merusak CCTV ku."
"Aish, tapi ini semua kan saya lakukan karena Anda, Pak. Kalau Anda nggak iseng ngintipin saya di CCTV--"
"Ssst." Reiko mendesis sambil jaRi telunjuk tangan kanannya goyang-goyang menandakan bahwa Aida tidak boleh bicara lagi.
"Naik."
Terpaksa karena Reiko sudah tak lagi bisa diajak bernegosiasi dan dia juga tidak mau berlama-lama berhadapan dengan lelaki di hadapannya, Aida pun memasang tangganya dan mulai melangkah naik.
"Cabut pelan-pelan. Satu persatu semuanya harus kamu turunin. Jangan ada yang ketinggalan."
Aish, memerintah saja bisanya. Kalau dia tidak menguntitku aku tidak akan kepikiran seperti ini untuk membuktikan benar atau tidak yang dia lakukan. Aida sambil mencabut lidi yang ada di CCTV dapur itu dia sambil ngedumel.
Setidaknya udah ketahuan sering ngintipin CCTV harusnya dia minta maaf kek. Dan untung saja aku selama membersihkan rumah ini tidak pernah membuka kerudungku. Kalau tidak, enak saja aku membiarkan auratku terlihat.
Dan terus saja Aida masih ngedumel saat sudah menyelesaikan satu misinya
"Kenapa diam? Lakukan semuanya. Tuh di sebelah sana. Semua sampai di kamar atas. Sampai di ruang kerjaku juga."
Reiko memang tidak niat membantunya sama sekali hanya menyuguhkan senyum pada Aida yang mencembungkan pipinya menarik lagi tangganya ke tempat CCTV yang lain.
Hah, macam-macam kau denganku. Tahu rasa kan akhirnya, kan? Capek-capek-in diri sendiri. Sekarang lihat, harus gotong-gotong tangga lewat tangga, hah, terima siksaanku karena keisenganmu, bisik Reiko yang mengikuti Aida dari tadi. Tapi dia sama sekali tidak memberikan bantuan apapun. Hanya mengekor saja dari satu ruangan ke ruangan lain.
"Saya sudah selesai mencabut ini dari CCTV kamar bapak. Kenapa bapak nggak nyingkir? Saya mau keluar."
Aida sudah membersihkan sebagian besar CCTV ruangan bawah. Hanya tinggal di CCTV nature space dan teras depan yang belum diambilnya. Aida memilih untuk naik dulu ke lantai 2 dan mengambil di CCTV kamar Reiko, lorong dan juga ruang kerjanya.
Semua tempat di bagian atas sudah dibersihkan kecuali kamar Reiko yang diambil paling terakhir.
Dan sekarang Aida tak mengerti kenapa pria itu masih ada di pintu, bukannya minggir
"Apa yang sering kamu umpat saat masuk kamarku, hmm?"
"Kamu nany--"
"Aish, udah sana keluar. Sisanya masih ada lima CCTV lagi. Bersihkan sekarang juga."
Tak sempat Aida melanjutkan ucapannya Reiko memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Aida dan menunjukkan di layar handphonenya pada CCTV yang masih ada gambar tulisan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romans"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...