Bab 47. KASIH SEPULUH PERSEN SAJA

71 3 0
                                    

"Sekarang saya tanya balik saja pada Anda, hubungan kita apa, Pak?"

"Tentu saja sesuai dengan kontrak yang sudah kamu baca."

Reiko tak paham kenapa Aida ingin membahas masalah ini tapi dia sudah menyeringai senyum

"Apa kamu berharap benar-benar menjadi istriku makanya sekarang kamu begitu kecewa dan marah sampai bersikap seperti ini?"

"Saya rasa Anda terlalu berlebihan. Saya tidak sama sekali menginginkan hal itu," tegas Aida sambil dia memasukkan minyak zaitun ke masing-masing mangkuk setelah tadi memeras lemon juga

"Saya rasa sebaiknya Anda membaca dulu saja sendiri adab bicara dengan lawan jenis dalam Islam. Anda akan temukan jawabannya Pak."

Malas sekali Aida bicara lagi. Dia tak ada waktu untuk menjelaskan semuanya sekarang dia juga sudah sibuk dengan blender yang suaranya sedikit membuat bising pagi hari itu.

Tapi tentu saja tidak akan mengganggu ruangan lainnya. Karena di apartemen Reiko setiap ruangannya kedap suara

Wanita ini aneh. Aku bicara baik-baik dengannya karena aku menghargainya lapa yang dia perbuat di rumah ini. Setidaknya dia membantuku membersihkan rumah. Tapi maunya seperti ini sikapnya? Ya sudahlah terserah dia saja.

Reiko tak mau lagi bertanya macam-macam karena Aida juga tidak menanggapi banyak apa yang dikatakannya.

"Ini jusnya dan ini saladnya. Karena sudah ada jus dan salad saya rasa saya tidak perlu menyiapkan susu bukan? "

Aida justru malah menaruh mangkuk dan gelas itu di atas baki. Lalu menanyakan ini masih sambil matanya menatap ke arah makanan. Tak sama sekali ingin menatap Reiko.

"Harusnya kamu menyiapkan sesuatu untukmu. Mau sarapan apa pagi ini?"

Tapi Reiko belum pergi. Dia penasaran apa yang ingin dilakukan oleh Aida

"Roti tawar masih ada Pak. Nanti saya akan menyiapkan untuk diri saya sendiri. Terima kasih sudah menanyakan. Silakan ini kalau mau dibawa ke kamar."

Singkat-singkat saja kalimat itu. Tapi memang semuanya tidak ada yang salah sih. Aida sudah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia juga tidak bermanis-manis dalam berkata.

Tapi sungguh ini memang tidak menyenangkan untuk Reiko. Entah kenapa dia merasa tak nyaman

Dia seperti mengintimidasiku, bisik Reiko saat tangannya memilih untuk mengambil baki itu tapi matanya tak sengaja melihat ke wajah wanita yang ada di hadapannya

"Wajahmu masih terlihat memar. Kenapa tidak dipakaikan salepnya lagi?"

"Nanti saya pakai Pak. Tidak perlu khawatir tidak akan ada yang melihat kok."

Suka-suka dia-lah. Aku sudah berbaik hati bertanya padanya. Tapi selalu saja disinisin begitu.

Riko tak bicara lagi dia sudah membalikan badannya saat bergumam begini. Tujuannya jelas menuju ke arah tangga tapi tentu saja dengan perasaan yang tak enak

Nah, Bee, wanita yang selalu kamu cemburui itu adalah wanita seperti dia yang sama sekali tidak ada menarik-menariknya. Bicara seperti robot. Tidak punya manner. Bersembunyi di balik agama. Apa karena dia ingin terlihat seperti seorang yang baik segi agamanya dan bisa menipuku? ish. Gara-gara wanita ini aku jadi kena omel kemarin.

Reiko jadi kepikiran tentang kejadian tadi malam saat sekarang dirinya menaiki tangga. Saat di mana Brigita datang ke apartemennya dan memergokinya yang memang ingin ke kamar Aida.

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang