"Hey, Raditya, ini semua hanya human error. Kita masih bisa bicarakan soal ini. Ayolah."
"Benar kata Ando, tahan dirimu."
Radit, pemilik Aurora corporation tak bisa menahan dirinya lagi dia sudah benar-benar murka kala itu.
"Aku sudah bilang padamu. Profesional bisnis! Lihat bagaimana hancurnya, kau tidak bisa mengurus sendiri masalah pribadimu sampai menghancurkan urusanku disini. Padahal aku sudah bilang aku ingin semua ini diselesaikan sesuai deadline."
Radit memang kalau sudah marah dia tidak bisa menahan dirinya. Betul-betul kecewa dia dengan kejadian ini.
"Sabarlah dulu, Raditya."
"Lepaskan aku, Dimas!" Radit tak tenang. Dia berusaha untuk melepaskan tangan sahabatnya.
Rasanya satu pukulan di wajah Reiko barusan itu tidak bisa menenangkan dirinya. Tangan pria itu masih mengepal kuat karena murkanya.
"Sekarang kerusakan itu bagaimana? Siapa yang harus mengganti rugi? Berapa waktu untuk perbaikan? Siapa yang mau mengurus ini semuanya?"
Radit tak bisa bernegosiasi. Ini sudah di ambang batas kesabarannya.
"Saya yang akan bertanggung jawab semuanya, Pak Raditya. Saya akan memperbaikinya dan semua kerusakan itu, saya jamin tidak akan memperlambat waktu Anda untuk grand opening kota mandiri Anda."
Reiko sadar ini adalah kesalahannya.
Dan memperbaiki kerusakan itu memang bukan biaya yang murah. Tapi dia tak punya pilihan karena ini adalah kesalahan yang dibuat oleh timnya, maka ini menjadi tanggungjawab dirinya.
Reiko merupakan orang yang bertanggung jawab.
Jadi dia tidak akan pernah membiarkan dirinya lari dari kenyataan.
"Kau dengar kan dia akan bertanggung jawab? Sudahlah tak perlu dipikirkan lagi. Kita bisa bicarakan ini baik-baik besok di kantormu." sahabat Radit yang berdiri di samping Dimas berusaha untuk menenangkan sahabatnya di saat Dimas menatap Reiko dengan senyum di bibirnya.
"Aku minta maaf untuk temanku ya. Kalau sedang marah ya seperti ini. Dan aku harap untuk pukulan tadi kau tidak akan membawanya ke kasus yang lebih serius lagi. Katakan saja kami harus bagaimana."
"Oh tidak. Kalau saya jadi Pak Raditya pun, saya juga akan melakukan hal yang sama. Saya melihat project saya berantakan, tentu saya akan marah pada orang yang bertanggung jawab pada project ini. Pukulan ini tidak masalah dan saya sama sekali tidak akan menuntut ini ke pihak berwajib. Tenang saja."
Reiko paham apa yang dimaksud oleh Dimas.
Ini kan kekerasan fisik dan seharusnya memang tidak boleh dilakukan.
Segala sesuatu harus dibicarakan baik-baik dan pukulan seperti ini namanya sudah penganiayaan.
Tapi Radit mana peduli yang seperti ini.
"Saya minta maaf sekali, Pak Raditya. Saya benar-benar tidak tahu kalau ada kejadian seperti ini dan ini memang human error. Tapi Anda tak perlu khawatir saya akan mencari cara secepat mungkin untuk perbaikannya. Semua kerusakan di sini akan diperbaiki seperti sedia kala."
"Kau pikir...."
"Hey, sudah diamlah Raditya." Dimas berusaha untuk membawanya pergi.
"Maaf tadi kami minum memang agak banyak juga. Ini juga yang membuat Radit agak sedikit emosi. Kami permisi dulu dan nanti kau bicaralah dengan Sandi, dia masih normal di sini tapi temanku akan kami bawa pulang sekarang."
Tak salah sih apa yang dibicarakan oleh Dimas itu.
Rencananya memang Radit dan keluarganya ingin bersantai di sana tapi kedua temannya ini memanggilnya untuk kembali ke Jakarta untuk urusan bisnis yang ingin mereka bicarakan. Karena itulah, Radit pun kembali dengan helikopternya bersama dengan Sandi. Dan dikala mereka sudah berkumpul, asyik dengan pembahasan urusan mereka di cafe milik istri Ando, ada kabar tidak menyenangkan dari salah seorang penanggung jawab di project tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romance"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...