Ratna: Sebenarnya teleponnya itu tadi siang! Tapi ibu mau telepon kamu katanya kamu paling tidur siang kata suamimu. Jadi ibu ndak mau ganggu istirahatmu.
Cih! Untung saja selama ini aku menahan diri untuk tidak memperhatikan CCTV itu dan tidak keluar dari ruangan ini kecuali aku benar-benar membutuhkan sesuatu dapur atau karena ada housekeeping!
Seru hati Aida yang sebetulnya kesal karena yakin sekali kalau dirinya masih dimata-matai.
Tapi, setidaknya kau memperhatikanku?
Bodoh! Ya betul sekali kalau Aida merasa bodoh. Tidak seharusnya dia merasa bahagia bukan kalau diperhatikan oleh seseorang yang tidak pernah menghubunginya bahkan mencoba untuk bicara dengannya pun tak pernah.
Mudah baginya kalau ingin bicara dengan Aida, tinggal meminta nomor teleponnya pada seseorang. Tapi Reiko tidak pernah mencoba melakukan itu.
Ini yang mengesalkan untuk Aida sehingga dia lupa kalau sedang ada di line telepon bersama dengan ibunya sudah mengepalkan tangannya kesal.
Ratna: Aida ibu juga ingin bicara sesuatu yang penting untukmu!
Untung saja Aida belum mengatakan macam-macam yang keluar dari bibirnya kalau tidak ibunya pasti mendengar ini.
Aida: Oh, iya ibu? Apa itu?
Ratna: Begini loh! Kamu kan tahu kalau ada masalah di Kudus dengan pabrik suamimu itu! Konsleting yang bikin kebakaran besar dan kerugian besar itu.
Bahkan Ibu tahu lebih cepat daripada aku karena pakde Waluyo yang cerita!
Bisik hati Aida karena memang ibunya baru menghubunginya lagi setelah seminggu kejadian itu berlalu dan menanyakan kondisi suami Aida. Ratna sengaja tidak mengganggu dan dia membiarkan mereka berdua tenang dulu.
Dan memang Ratna bukan tipikal orang yang kepo dan suka bertanya macam-macam.
Karena sudah seminggu berlalu Aida tidak menghubunginya barulah Ratna mencoba mencari tahu kala itu.
Aida juga membuat alasan tak cerita karena tidak mau membuat ibunya banyak pikiran dan baru tahulah dia kalau Pakdenya sudah memberitahukan semua kepada Ibunya. Kecuali tentang kepergian Reiko ke timur tengah, Waluyo memang tak bercerita meski tahu.
Aida: Iya Ibu aku tahu! Terus aku harus gimana?
Ratna: Lah kok harus kayak gimana? Kamu ndak bisa mikir apa? Kamu sudah menghubungi Romo Adiwijaya belum?
Haduh apa-apaan aku ini? Sangat tidak sopan sekali dan lupa menghubungi Romo. Terus-terusan saja memikirkan tentang cucunya yang gak jelas itu!
Aida jujur saat ini baru merasa bersalah karena sudah sebulan kejadian itu berlalu tak sadar tentang ini. Andai ibunya tidak memberitahukan mungkin Aida tidak akan pernah sadar kalau dirinya bersalah.
Aida: Aduh ibu aku lupa! Soalnya aku kemarin nggak mau ganggu. Hmm, takutnya kalau aku telepon nanti malah membuat Kakek kepikiran.
Ratna: Coba hubungi! Dia khawatir dengan keadaanmu. Ibu juga belum datang ke sana tapi ibu biasa menanyakan kondisinya lewat Lesmana. Ibu belum bisa pergi ke mana-mana karena kata Pakdemu, Dia yang akan menjemput Ibu nanti. Tapi ya ndak datang-datang tuh!
Waluyo tidak mengizinkan Ratna untuk berangkat ke Kudus sendirian dari Kendal. Kemanapun kalau jaraknya sudah lebih dari sepuluh kilometer pasti Ratna akan kena omel oleh Kakaknya. Waluyo memang overprotektif pada adiknya apalagi setelah suami dari Ratna meninggal.
Kalau tidak ditemani oleh Lingga dan dua putrinya maka Ratna tidak boleh pergi jauh-jauh dan tidak boleh pergi keluar kota kalau Waluyo tidak ada.
Inilah alasan kenapa Ratna memang belum mengunjungi Adiwijaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romance"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...