Memalukan. Pasti aku seperti badut bukan?
Mata Aida bertautan dengan Reiko yang memang ada di sisinya.
Tentu saja dia tidak pede.
"Wah, cantik sekali. Tante Aida jadi secantik ini karena kamu yang mendandani?"
Dia memuji? Tapi dalam hatinya dia pasti menertawaiku bukan? Haish, Sudahlah biarkan saja. Atau memang aku selalu di tertawai olehnya?
Aida berusaha menahan dirinya dan berusaha pede.
"Aduh Rere, kesian Tantenya dong." Nada yang memilih menjawab sedetik setelah Reiko bicara.
"Eh tidak apa-apa Mbak Nada."
Tapi Aida dengan perasaan tak enaknya itu dia sudah memotong lebih dulu dan memang tidak mau menyalahkan Rere.
"Saya yang minta untuk di make up tadi. Soalnya Mbak Rere punya alat make up-nya cantik-cantik. Nanti saya juga bisa jadi cantik kalau di make up sama Mbak Rere kan?"
Mata Aida kini mengarah pada Rere yang tersenyum dan manggut-manggut.
"Mama mo mekup juga ma Lele?"
Anak itu pun makin pede.
Ini membuat Aida menahan tawa dalam hatinya.
Sungguh beruntung pasangan ini memiliki anak-anak yang luar biasa. Yang satu pandai melukis yang satu lagi juga sangat ceriwis tapi aku tidak tahu sih bagaimana yang laki-laki karena dia sudah tidur tadi pas datang. Tapi sepertinya mereka sangat bahagia sekali hidupnya. Haah, apa ada kemungkinan untukku mendapatkan kebahagiaan yang sama seperti ini nanti, mungkin di pernikahanku yang lain? bisik hati Aida ketika dia melihat Nada bicara.
"Nanti saja make up Mama. Sekarang kamu cuci tanganmu dulu saja yuk. Dan kita ambilkan lap untuk cuci muka tante Aida."
"Jangan diapus mama. Ga bole mekup Lele diapus."
Panik anak itu ketika mendengar ucapan dari Nada. Serasa itu adalah make up terbaik yang bisa dia buat dan kalau itu dihapus dari wajah Aida tentu saja dia akan sangat sedih sekali.
"Lho tapi kan tantenya mau makan? kalau ada make up-nya gak bisa sayang."
Riyanti mencoba untuk membujuk juga sambil dia menunjuk ke arah meja makan.
"Nah tuh lihat kan di meja makan juga sudah ada makanan. Kita kan mau makan malam, Rere."
Kata-kata yang membuat Reiko tentu saja ikut mengalihkan pandangannya pada meja tersebut
"Oh, maaf Nyonya Riyanti, tidak apa-apa kok kalau wajahnya tidak dicuci dulu," makanya Reiko menyelak dengan mengutarakan ini.
"Saya rasa saya akan membantu Aida nanti untuk membersihkan wajahnya dan sekarang mungkin kami akan pamitan dulu."
"Lho, lho, Nak Reiko kenapa buru-buru dan tidak makan dulu saja di sini?"
Riyanti berpikir kalau mereka akan tinggal lebih lama tapi sayangnya Reiko sudah punya agenda lain.
"Tidak apa-apa Nyonya Riyanti."
Tapi sepertinya memang Reiko bersikeras.
"Ada beberapa hal yang memang harus saya selesaikan urusan perusahaan, maksud saya, pekerjaan di perusahaan Adiwijaya yang saya tinggalkan."
"Ah, kau pasti seperti Raditya zaman dulu. Dia juga dulu mengerjakan bisnis telekomunikasinya dan terpaksa harus membagi waktunya untuk mengurus perusahaan Prayoga. Apa sekarang kau melakukan seperti itu Reiko?"
Bambang yang menyahut dan membuat Reiko mengangguk pelan, sebenarnya dia juga tidak tahu apa yang sudah dikerjakan oleh Radit. Dia bukan orang yang suka menguntit orang lain tapi memang situasinya mungkin sama seperti Radit karena itu kini Reiko mengalihkan pandangannya pada Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romansa"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...